Selamat Datang di Blog dsetianingsih.blogspot.com

Semoga apa yang saya posttingkan dapat bermanfaat untuk Anda semuanya,,, :)

Sabtu, 21 April 2012

About Love


TUGAS AKHIR FILSAFAT ILMU
FILSAFAT CINTA
“All About is Love”
Antara Manusia (aku) - Engkau

 

Disusun Oleh :
Dewi Setianingsih      292010082

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2012



FILSAFAT CINTA
“All About Is Love”
Antara Manusia (Aku) – Engkau

Bicara tentang cinta pasti tidak lepas dari manusia, Tuhan dan makhluk Tuhan lainnya yang diciptakan di dunia ini. Dalam filsafat ini hanya akan membahas tentang perasaan cinta antar manusia pada umumnya. Sebelum kita mempelajari filsafat cinta kita harus tahu tentang hakekat manusia, kemudian bru kita cari apa itu cinta? Darimana cinta itu berasal? Bagaimana cara kita mengetahui adanya cinta? Bagaimana cara kita memperoleh cinta?
Hakekat Manusia (aku)
Manusia memiliki akal budi dan kesadaran. Manusia sadar, bahwa ia memiliki, menguasai dan memastikan diri sendiri.  Kesadaran manusia tentang dirinya sebagai pusat kesadaran. Ia sadar bahwa segala peristiwa hidupnya berkaitan dengan dirinya sebagai pusat. Ia mengerti, mengalami dan merasa bahwa Aku-lah yang berbuat demikian. Dan dalam perbuatannya manusia mengalami dan memahami resiko dari perbuatannya.
Manusia adalah makhluk yang berbadan/bertubuh. Dengan tubuhnya manusia bersatu dengan realitas disekitarnya. Dengan tubuhnya manusia berjalan, bertindak mengungkapkan pikran, rasa, dll. Melalui tubuhnya keakraban dan kesatuan cinta dapat dihayati dan wujudkan.
Menurut Marcel tentang tubuh dan jiwa, tampak bahwa manusia –aku- tidak hanya sekedar tubuh, ada aspek yang lain dari aku yang selalu berada dalam interaksi (ketegangan atau harmoni) dengan tubuh. Aspek lain itu, yang disebut rohani atau jiwa. Aspek inilah yang membuat manusia mampu berdiri sendiri, mampu menghadapi diri dan sesuatu yang lain dengan sadar.
Hubungan jasmani/tubuh-jiwa/rohani dilukiskan oleh Drijarkara dengan peribahasa jawa “ randu alas (tubuh) mrambat witing sembukan (jiwa) artinya bahwa yang tampaknya kasar dan besar (randu alas, tubuh) tergantung dari apa yang halus, yang tidak kasar, yang tidak materil. Gambaran itu mengungkapkan, bahwa tubuh itu tidak berdiri sendiri, tidak berada dengan berdiri sendiri, tubuh itu berada dalam adanya jiwa.
Walaupun tubuh adalah sarana kontak aku dengan dunia, tubuh tidak akan pernah mampu mengungkapkan isi dalam/batin manusia/aku sepenuhnya. Apa yang dialami dalam batin melebihi apa yang dapat diungkapkan. Hal itulah yang membuat orang lain tetap menjadi rahasia dari yang lain, bahkan bagi dirinya sendiri sekalipun.
Setiap manusia membagi dunianya dengan manusia yang lain. Berada di dunia berarti, bahwa semuamanusia terlibat bersama sekalipun tiap-tiap manusia akan menghayati keterlibatan itu secara unik dan pribadi. Keterarahan dan keterjalinan bersama menuntut manusia member bentuk dan isi kepada dunia.
Manusia adalah makhluk yang terbuka dalam segala-galanya, untuk mengungkapkan cara hidupyang eksistensi, berarti keterbukaan (sitere-berdiri) ke luar (ex). Hal ini berarti , bahwa hidup mengandung keterbukaan kepada orang lain, sehingga eksistensi juga berarti ko-eksistensi (hidup bersama orang lain).
Di dalam pengalaman bertemu dengan orang lain, sesungguhnya saat itulah manusia baru menemukan diri sebagai aku. Disinalah keaslian diri pribadi aku/manusia menjadi tampak keluar. Menurut Leenhouwers, hidup manusia adalah proses menjadi. Untuk itu manusia mendapat tugas untuk member isi kepada hidupnya sendiri.
Menurut Gabriel Macel, aku dan engkau saling menghidupi, sehingga pada hakekatnya mereka tak dapat diceraikan satu dari yang lain. Kesatuan antara aku dengan engkau dapat menghasilkan kepenuhan hidup sebagai manusia.
Tentang Cinta
Menurut Sartre, konflik atau kebencian adalah suasana yang harus dikuasai relasi antar manusia. Setiap orang harus berupaya untuk mempertahankan diri dan harus rela menanggung segala konsekwensinya. Menurut Levinas, orang harus saling membuka diri satu terhadap yang lain, saling menciptakan peluang satu untuk yang lain agar dapat menjadi diri sendiri. Menurut Gabriel Marcel, dalam hubungan dengan sesama manusia sebagai relasi aku-engkau, cinta kasih (dan kesetian) merupakan sikap-sikap utama. Dalam cinta (dalam kesetiaan) manusia dapat mewujudkan secara kongkret keterjalinannya dengan sesama. Marcel menekankan, bahkan aku hanya mungkin mencapai kesempurnaan, jika mengarahkan diri kepada yang lain-engkau. Tanpa menghayati keterbuakaan pada yang lain, manusia tak mungkin menemukan inti dirinya. hanya cinta kasihlah yang sesuai dengan eksistensi manusia.
Didalam cinta kasih itu, manusia akan menyelami sesamanya supaya ia keluar dari dirinya sendiri, dan menerima sesamanya sebagai engkau. Hanya di dalam cinta kasih inilah hubungan aku-engkau terjadi secara sempurna, yang di dalamnya sungguh menjadi akuy dan orang lain benar-benar menjadi engkau. keduanya dipersatukan dalam kesatuan yang baru. Aku dan engkau dipersatukan di dalm kita yang hanya dapat dipahami di dalam kehadiran sebagai rahasia yang harus dipercaya. Dalam cintalah terjadi perjumpaan yang luhur dan manusiawi.
Dalam mitologi yunani klasik cinta diungkapkan dengan kata eros. eros di dalam Homer dimengerti sebagai cinta (love) atau hasrat (desire). Theogonynya Hesiod, menggambarkan eros sebagai salah satu dari 3 dewa yang menguasai kosmos. eros dogambarkan memiliki kekuatan paling besar yang kekal, mengalahkan akal budi para dewa dan manusia.
Sophocles dalam Antigone menggambarkan eros sebagai dewa yang tak terkalahkan atau penghancur. Hippolytusnya Euripides menyatakan, “ apakah menyerah untuk cinta atau menolak untuk menyerah pada cinta manusia tetap akan mengalami kehancuran”. sehingga dari mitologi yunani klasik dapat disimpulkan, eros adalah emosi, keindahan masa muda-anak laki-laki yang tampan dari dewi seksual yang cantik, sportif, selalu aktif, kekuatan yang paling besar dan kekal yang mengalahkan akal budi manusia dan dewa.
Cinta dipercaya dapat menjadikan kekuatan yang mampu mempersatukan bukan saja manusia- bahkan juga hewan di dalam suatu ikan bersama. Cinta merupakan kekuatan yang mewakili persatuan, harmoni dan yang lain (Strife) merupakan kekuatan yang mendatangkan perpecahan dan pemisahan. Di dalam Symposium, Plato mengungkapkan bahwa eros adalah daya kreatif dalam diri manusia, pencetus kehidupan, inspirator para penemu, seniman dan para jenius.
Menurut Plato jalan cinta yang tepat, mulai dari keindahan yang dapat dilihat dengan mata, kemudian tertuju pada keindahan adiduniiawi, menanjak semakin tinggi seperti menaiki anak tangga, dari tubuh-tubuh yang indah menuju sikap-sikap hidup yang indah, dan yang akhirnya akan tiba pada keindahan adiduniawi itu sendiri. dengan demikian manusia akhirnya mengenal apa yang sungguh-sungguh indah pada umumnya.
Agustinis menyimpulkan, bahwa pngetahuan sejati baru tercapai bila dibarebgi cinta kasih, pengetahuan diri selalu diliputi cinta diri, cinta diri yang sejati menuntut bahwa manusia mencintai sesama, dan cinta terhadap sesama sekaligus merupakan cinta kepada Tuhan. Menurut Dante dalam Vita Nounve, cinta dimulai dengan pemandangan pada keindahan perempuan dan yang berakhir dengan pandangan pada Illahi. Tetapi menderita karena cinta merupakan penderitaan yang sahid- sebuah nilai yang meninggalkan rasa ego.
Dalam konteks yang universal konsep cinta pada umumnya dideskripsikan dalam 3 kategori yaitu emosi, moral dan realitas spiritual dari pengalaman. ketiga kategori ini dinyatakan dalam 3 jenis cinta : Pertama, cinta jasmani yang membangkitkan hasrat dan nafsu memiliki dan mengejar sesuatu yang indah demi kepuasan dan kesenangan (eros). Kedua, cinta persahabatan atau kasih sayang diantara manusia (philia). Ketiga, cinta ilahi, cinta adalah anugrah.
Hubungan Filsafat Cinta dalam Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Ada tiga pembagian besar cinta secara filsafat, ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Pada kasus cinta dimulai dari yang terakhir (aksiologi). Aksiologi terdiri dari etika dan estetika, maka jika cinta dipandang dari sudut aksiologi akan menghasilkan statement “beretika cinta pasti akan merasakan estetika cinta” Estetika cinta dapat dirasakan ketika dan setelah beretika cinta.
Dari sudut pandang epistemologi yang menjadi tindak lanjut dari aksiologi. Meminjam epistemologi tauhid, dalam cintapun sama epistemologinya, yaitu: “diyakini dengan hati, pembenaran dengan lisan, dan dilakukan dengan perbuatan atau tindakan.” Ketiga-tiganya harus utuh dan tidak bisa dipisahkan.
Setelah beraksiologi cinta dengan cara epistemologi cinta akan sampai pada ontologi cinta. Artinya akan dapat diketahui definisi cinta yang sebenarnya, “cinta adalah cinta.”Definisi tersebut ringkasan dari definisi “tidak ada cinta kecuali cinta itu sendiri”.


Hakekat Cinta
Saat pertama kali kita menyukai lawan jenis, apa sebelumnya mereka penah belajar tentang filsafat cinta? Mereka merasakan cinta begitu saja mengalir dari dalam hatinya. Apabila seseorang mencintai maka aku berpaling pada yang lain, menghadap padanya menaruh cinta akan dia. Cinta pertama-tama adalah tindakan. Cinta bukanlah pengaruh pasif. Ciri aktif dari cinta yaitu menghampiri orang lain dan menghadap padanya, melepaskan keterarahan terhadap diri sendiri dengan demikian orang lain dapat diperhatikan. Tindakan ini mencirikan kesediaan diri didalam tindakan ini, tampaklah ciri aktif dari cinta yaitu memberi.
Cinta mengandaikan mental tanpa pamrih, cinta merupakan keterjalinan antara pribadi-pribadi yang didasarkan atas nilai-nilai orang yang bersangkutan. Cinta adalah penyerahan dan penyerahan diri aku yang merasa bertanggung jawab atas tugas hidupnya sendiri dan dalam relasi-relasi dengan orang lain. Disini tampak ciri kedua cinta yaitu tanggung jawab.
Cinta bertujuan menyempurnakan orang yang dicintai. Disini tampak ciri ketiga dari cinta yaitu kemantapan, ketahanan atau setia. Menurut Marcel didalam kesetiaan itu, manusia menghubungkan diri denagn orang lain didalam ikrar dan mentransendir hidup perasaanya yang berubah-ubah sehingga ia merendahkan diri dan memyediakan dirinya bagin orang lain.
Menurut Leenhouwers, pada hakikatnya cinta, yang dilihat dari relasi aku dengan yang lain bersifat timbal balik. Cinta kasih (Kesetiaan) tidak akan berakhir itulah yang memberi harapan menmgatasi kematian ( karena dalam setiap perjalanan hidup manusia akan berakhir kematian).
Di dalam cinta ada solidaritas, kesetiaan, kerelaan untuk berbagi dengan yang lain. Cinta memberi keberanian untuk menjadi diri sendiri apa adanya, tanpa takut akan ditertawakan. Di dalam cinta ada peluang untuk menjadi aku yang sejati dan dalam cinta lah setiap manusia disatukan dalam cinta yang lain adalah bagian dari aku. Dalam cinta aku, dan engkau menjadi satu. Disiplin dan kerja keraslah yang mampu membuat cinta membuat warna relasi antar perempuan dan laki-laki, antar bangsa bahkan antar umat manusia secara menyeluruh. Cinta bukanlah sesuatu yang ditunggu jatuhnya. Dunia ini akan berubah jika cinta menjadi praxis.

Definisi Cinta
Menurut Leenhouwers, cinta merupakan keterjalinan antara pribadi-pribadi. Setiap membicarakan tentang cinta harus dimulai dengan suatu teori tentang manusia (Erich Fromm). Untuk mendefinisikan cinta sangatlah sulit, karena tidak bisa dijangkau dengan kalimat dan sulit diraba dengan kata-kata. Ibnul Qayyim mengatakan: “Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas, (berarti) definisinya adalah adanya cinta itu sendiri.” (Madarijus Salikin, 3/9)
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.

Refleksi
Cinta itu butuh pemahaman, cinta merupakan sesuatu yang baik, sebuah kekuatan yang dapat merubah seseorang menjadi manusia yang lebih baik atau lebih buruk, semua itu bergatung pada manusianya. Jika ia beranggapan cinta itu pembodohan, sebenarnya pendapat itu benar, terkadang manusia menjadi bodoh saat ia mengenal cinta, ia rela melakukan apa saja demi cinta, bahkan ada yang bunuh diri karena cintanya ditolak atau merebutkan cinta seseorang yang berujung dengan kekerasan. Hal itu karena manusia belum biasa memaknai cinta, ia belum biasa menggunakan kekuatan cinta dengan cara yang baik.
Dan bagaimana cara kita untuk menggunakan cinta dengan cara yang baik? Pahamilah bahwa cinta itu adalah sebuah perasaan yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia, Tuhan juga memberikan akal pikiran dan kesadaran kepada manusia untuk mengambil keputusan kepada siapa perasaan cinta itu akan dibagikan. Jika kita paham akan itu, maka manusia akan melakukan semua dengan rasa cinta dan ikhlas serta ketulusan. Berusaha memberikan yang terbaik. Manusia juga harus menyadari bahwa dalam hidup tidak selalu bahagia.
Manusia membuat keputusan untuk mencintai dan mengasihi seseorang merupakan murni keputusan dari dalam dirinya. Sehingga manusia itu sadar apa saja resiko-resiko yang akan ia alami jika ia mencintai seseorang, entah putus, atau akan berakhir bahagia. Jika semua keputusan dan tindakan yang ia lakukan dibuat dengan penuh kesadaran hal ini berarti seseorang itu dapat menggunakan cinta itu dengan baik.
Dalam cinta terdapat berbagai perasaan yang bervariasi. Cinta itu unik, dalam kehidupan yang sekarang ini seseorang mencari kekasih atau pasangan hidup hanya melihat dari penampilan, harta kekayaan bahkan pangkat/ derajad yang dimiliki oleh seseorang. Apa hal ini bisa disebut cinta? Tidak, cinta itu berkaitan dengan hati dan perasaan. Cinta yang memandang harta itu bukan cinta melainkan obsesi. Sebuah obsesi yang ada di dalam pikiran kita hanya ada rasa ingin memiliki, namun tidak ada rasa cinta dalam hati.Maka cinta itu tidak akan bertahan lama, selama mereka hanya memiliki rasa obsesi, ketika mereka melihat seseorang yang lebih baik maka ia akan lebih memilih yang lainnya.
Cinta itu harus dihidupi dengan enam komponen, yakni komponen hasrat (1), kehadiran (2), kemampuan memberi ruang untuk berkembang (3), komitmen (4), harus pakai akal budi (5), dan dijalankan dengan penuh kesadaran.
Dan pada akhirnya manusia yang memiliki rasa cinta dapat menilai, mana yang baik dan mana yang buruk, pantas atau tidak pantas seseorang untuk dijadikan pasangan hidup/ kekasih. namun kita sebagai makhluk Allah harus saling mengasihi tanpa harus melihat perbedaan status, drajad, karena kita semua sama di hadapan Allah.



DAFTAR PUSTAKA

Mariani, Ester. 1999. Cinta Dalam Kemitraan. Salatiga: Fakultas Teologi UKSW
Fromm, Erich. 1990. Seni Mencinta. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Sydie, R. A. 1987. Natural Women, Cultural Man. England: Open University Press



Senin, 26 Maret 2012

Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter Itu Penting !!!
Pendidikan karakter merupakan prioritas program Kementrian Pendidikan Nasional 2010 – 2014 yang dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter (2010). Pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik – buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari – hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik (moral knowing)”, akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling)” dan perilaku yang baik (moral action).
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Pendidikan karakter berfungsi, Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
Dalam memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, ada 18 nilai yang bersumber dari agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional yaitu : Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/berkomunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social, tanggung jawab. Dalam mengimplementasikan jumlah dan karakter yang dipilih akan berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya.diantara berbagai nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah, atau nilai prakondisi (the exiting values) yakni : takwa, bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan, dan santun.
Pada hakekatnya perilaku manusia berkarakter merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologi yang mencakup seluruh potensi individu (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi sosio-kultural dalam konteks  interaksi (dalam keluarga,satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.
Dalam pendidikan karakter terdapat 4 ruang lingkup pandidikan yaitu:
1) Olah hati (spiritual dan emotional development) seperti : beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan  berjiwa patriotik.
2)  Olah pikir (intellectual development) seperti : cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berfikir terbuka, produktif, berorientasi ipteks, dan reflektif.
3)   Olah raga dan kinestektik (physical dan kinesthetic development) seperti: bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatife, kompetitif, ceria, dan gigih.
4)  Olah rasa dan karsa (affective and creativity development) seperti : ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan  produk  Indonesia , dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.
Strategi pendidikan karakter
A.    Strategi di Tingkat Kementrian Pendidikan Nasional
Pendekatan yang digunakan kementrian pendidikan nasional dalam pengembangan pendidikan karakter,yaitu :
1. Stream top down (diambil oleh pemerintah/kementrian pendidikan nasional). Menggunakan lima strategi yang dilakukan secara koheren, yaitu :
a) Sosialisasi (membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya pendidikan karakter)
b)      Pengembangan regulasi
c)      Pengembangan kapasitas
d)     Implementasidan kerjasama
e)      Monitoring dan evaluasi
2.    Stream bottom up (mengharapkan) inisiatif yang datang dari satuan pendidikan.
3. Stream revitalisasi program (merevitalisasi kembali program-program kegiatan pendidikan karakter terdapat pada kegiatan  ekstrakurikuleryang sudah ada dan sarat dengan nilai-nilai krakter).
Integrsi tiga pendekatan (top down-bottom up-revitalisasi). Ketiga jalur / tingkat top down yang lebih bersifat intrevensi, bottom up yang lebih bersifat penggalian bestpractice dan habituasi, serta revitalisasi program kegiatan yang sudah ada yang bersifat pemberdayaan.
Ketiga pendekatan tersebut, hendaknya dilakukan secara terintegrasi dalam keempat pilar penting pendidikan karakter di sekolah sebagaimana yang dituangkan dalam Desain induk pendidikan karakter, (2010:28), yaitu: kegiatan pembelajaran di kelas, pengembangan budaya satuan pendidikan, kegiatan ko-kurikuler, dan ekstrakulikuler.
B.     Strategi di Tingkat Daerah
   Ada beberapa langkah yang digunakan pemerintah daerah dalam pengembangan pendidikan karakter, dimana semua dilakukan secara koheren.
1)   Penyusunan perangkat kebijakan di tingkat Kabupaten/kota.
2)   Penyiapan dan penyebaran bahan pendidikan karakter yang diprioritaskan
3)   Memberikan dukungan kepada tim pengembang kurikulum (TPK) tingkat kabupaten /kota melalui dinas pendidikan
4)   Dukungan sarana, Prasarana, dan Pembiayaan.
C.    Strategi di Tingkat Satuan Pendidikan
Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidiakn merupakan satuan kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh setiap satuan pendidikan. Strategi tersebut diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan penilaian berbasis kelas disertai dengan program remidiasi dan pengayaan.
1.    Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan kontekstual sebagai konsep belajar dan mengajar yang membantu guru dan peserta didik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, sehingga peserta didik mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, peserta didik lebih memilih hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa dan karsa), serta psikomotor (olahraga)
Pembelajaran kontekstual mencakup beberapa strategi yaitu : pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran pelayanan dan pembelajaran berbasis kerja. Strategi tersebut dapat memberikan nurturant effect pengembangan karakter peserta didik seperti : karakter cerdas, berpikir terbuka, tanggung jawab, rasa ingin tahu.
2.    Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Dapat diwujudkan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu :
a.   Kegiatan Rutin : Kegiatan yang dilaksanakan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari senin.
b.  Kegiatan Spontan : kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga. Misalnya mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah.
c.   Keteladanan : merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan dari peserta didik lain.
d.   Pengkondisian : penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter.
3.    Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler.
Diperlukan perangkat pedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber ddaya manusia dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan karakter, dan revitalisasi kegiatan ko dan ekstrakurikuler yang sudah ada ke arah pengembangan karakter.
4.    Kegiatan Keseharian di Rumah dan di Masyarakat
Sekolah mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan di masyarakat.
D.    Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Apabila pendidikan karakter diintregrasikan dalam ko kurikuler dan ekstrakurikuler akan memerlukan waktu sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Maka diperlukan penambahan alokasi waktu pembelajaran.
E.     Penilaian Keberhasilan
Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan dilakukan melalui berbagai program penilaian dengan membandingkan kondisi awal dengan pencapaian dalam waktu tertentu. Penilaian keberhasilan tersebut dilakukan melalui langkah-langkah berikut :
a)      Menetapkan indicator dari nilai-nilai yang ditetapkan atau disepakati
b)      Menyusun berbagai instrument penilaian
c)      Melakukan pencatatan terhadap pencapaian indicator
d)     Melakukan analisis dan evaluasi
e)      Melakukan tindak lanjut
Implementasi Pendidikan Karakter dalam KTSP
1.   Integrasi dalam mata pelajaran yang ada : mengembangkan silabus dalam RPP pada kompetensi yang telah ada sesuai dengan nilai yang akan diterapkan
2. Mata pelajaran dalam mulok : kompetensi ditetapkan dan dikembangkan oleh sekolah atau daerah.
3. Kegiatan pengembangan diri : Pembudayaan dan pembiasaan (pengkondisian, kegiatan rutin, kegiatan spontanitas, keteladanan, kegiatan terprogram), ekstrakurikuler (pramuka, PMR, kantin kejujuran, UKS, KIR, olahraga, seni, OSIS), bimbingan konseling (pemberian layanan bagi anak yang mengalami masalah)

Jadi pendidikan karakter penting bagi masa depan bangsa, pendidikan karakter disamping mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah juga menanamkan kebiasaan (habitution) tentang hal yang baik sehingga anak paham (kognitif) tentang sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baiak dan bisa melakukannya (domain perilaku). Dari kebiasaan yang sudah terbentuk akan terjadi internalisasi (menyatu) dalam diri bersifat kokoh, kuat, sulit dipengaruhi.
Pendidikan karakter ini tidak hanya untuk siswa atau mahasiswa saja, tetapi untuk semua orang.
Sumber :
Buku ajar Strategi Pembelajaran FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Hand out “Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Masa Depan Bangsa dan Upaya Guru Mewujudkannya” oleh Siti Partini Sudirman, dosen FIP UNY dalam seminar “Strategi Mengajar dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik”