Selamat Datang di Blog dsetianingsih.blogspot.com

Semoga apa yang saya posttingkan dapat bermanfaat untuk Anda semuanya,,, :)

Senin, 26 Maret 2012

Pendidikan Karakter

Pendidikan Karakter Itu Penting !!!
Pendidikan karakter merupakan prioritas program Kementrian Pendidikan Nasional 2010 – 2014 yang dituangkan dalam Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter (2010). Pendidikan karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik – buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari – hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik (moral knowing)”, akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling)” dan perilaku yang baik (moral action).
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Pendidikan karakter berfungsi, Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur. Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media massa.
Dalam memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, ada 18 nilai yang bersumber dari agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional yaitu : Religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/berkomunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social, tanggung jawab. Dalam mengimplementasikan jumlah dan karakter yang dipilih akan berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya.diantara berbagai nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana dan mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah, atau nilai prakondisi (the exiting values) yakni : takwa, bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan, dan santun.
Pada hakekatnya perilaku manusia berkarakter merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologi yang mencakup seluruh potensi individu (kognitif, afektif, psikomotorik) dan fungsi sosio-kultural dalam konteks  interaksi (dalam keluarga,satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.
Dalam pendidikan karakter terdapat 4 ruang lingkup pandidikan yaitu:
1) Olah hati (spiritual dan emotional development) seperti : beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan  berjiwa patriotik.
2)  Olah pikir (intellectual development) seperti : cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berfikir terbuka, produktif, berorientasi ipteks, dan reflektif.
3)   Olah raga dan kinestektik (physical dan kinesthetic development) seperti: bersih dan sehat, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatife, kompetitif, ceria, dan gigih.
4)  Olah rasa dan karsa (affective and creativity development) seperti : ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, bangga menggunakan bahasa dan  produk  Indonesia , dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.
Strategi pendidikan karakter
A.    Strategi di Tingkat Kementrian Pendidikan Nasional
Pendekatan yang digunakan kementrian pendidikan nasional dalam pengembangan pendidikan karakter,yaitu :
1. Stream top down (diambil oleh pemerintah/kementrian pendidikan nasional). Menggunakan lima strategi yang dilakukan secara koheren, yaitu :
a) Sosialisasi (membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya pendidikan karakter)
b)      Pengembangan regulasi
c)      Pengembangan kapasitas
d)     Implementasidan kerjasama
e)      Monitoring dan evaluasi
2.    Stream bottom up (mengharapkan) inisiatif yang datang dari satuan pendidikan.
3. Stream revitalisasi program (merevitalisasi kembali program-program kegiatan pendidikan karakter terdapat pada kegiatan  ekstrakurikuleryang sudah ada dan sarat dengan nilai-nilai krakter).
Integrsi tiga pendekatan (top down-bottom up-revitalisasi). Ketiga jalur / tingkat top down yang lebih bersifat intrevensi, bottom up yang lebih bersifat penggalian bestpractice dan habituasi, serta revitalisasi program kegiatan yang sudah ada yang bersifat pemberdayaan.
Ketiga pendekatan tersebut, hendaknya dilakukan secara terintegrasi dalam keempat pilar penting pendidikan karakter di sekolah sebagaimana yang dituangkan dalam Desain induk pendidikan karakter, (2010:28), yaitu: kegiatan pembelajaran di kelas, pengembangan budaya satuan pendidikan, kegiatan ko-kurikuler, dan ekstrakulikuler.
B.     Strategi di Tingkat Daerah
   Ada beberapa langkah yang digunakan pemerintah daerah dalam pengembangan pendidikan karakter, dimana semua dilakukan secara koheren.
1)   Penyusunan perangkat kebijakan di tingkat Kabupaten/kota.
2)   Penyiapan dan penyebaran bahan pendidikan karakter yang diprioritaskan
3)   Memberikan dukungan kepada tim pengembang kurikulum (TPK) tingkat kabupaten /kota melalui dinas pendidikan
4)   Dukungan sarana, Prasarana, dan Pembiayaan.
C.    Strategi di Tingkat Satuan Pendidikan
Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidiakn merupakan satuan kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh setiap satuan pendidikan. Strategi tersebut diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan penilaian berbasis kelas disertai dengan program remidiasi dan pengayaan.
1.    Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan kontekstual sebagai konsep belajar dan mengajar yang membantu guru dan peserta didik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata, sehingga peserta didik mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, peserta didik lebih memilih hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa dan karsa), serta psikomotor (olahraga)
Pembelajaran kontekstual mencakup beberapa strategi yaitu : pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran pelayanan dan pembelajaran berbasis kerja. Strategi tersebut dapat memberikan nurturant effect pengembangan karakter peserta didik seperti : karakter cerdas, berpikir terbuka, tanggung jawab, rasa ingin tahu.
2.    Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Dapat diwujudkan melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu :
a.   Kegiatan Rutin : Kegiatan yang dilaksanakan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari senin.
b.  Kegiatan Spontan : kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu juga. Misalnya mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah.
c.   Keteladanan : merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan dari peserta didik lain.
d.   Pengkondisian : penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter.
3.    Kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler.
Diperlukan perangkat pedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber ddaya manusia dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan karakter, dan revitalisasi kegiatan ko dan ekstrakurikuler yang sudah ada ke arah pengembangan karakter.
4.    Kegiatan Keseharian di Rumah dan di Masyarakat
Sekolah mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan di masyarakat.
D.    Penambahan Alokasi Waktu Pembelajaran
Apabila pendidikan karakter diintregrasikan dalam ko kurikuler dan ekstrakurikuler akan memerlukan waktu sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Maka diperlukan penambahan alokasi waktu pembelajaran.
E.     Penilaian Keberhasilan
Untuk mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan dilakukan melalui berbagai program penilaian dengan membandingkan kondisi awal dengan pencapaian dalam waktu tertentu. Penilaian keberhasilan tersebut dilakukan melalui langkah-langkah berikut :
a)      Menetapkan indicator dari nilai-nilai yang ditetapkan atau disepakati
b)      Menyusun berbagai instrument penilaian
c)      Melakukan pencatatan terhadap pencapaian indicator
d)     Melakukan analisis dan evaluasi
e)      Melakukan tindak lanjut
Implementasi Pendidikan Karakter dalam KTSP
1.   Integrasi dalam mata pelajaran yang ada : mengembangkan silabus dalam RPP pada kompetensi yang telah ada sesuai dengan nilai yang akan diterapkan
2. Mata pelajaran dalam mulok : kompetensi ditetapkan dan dikembangkan oleh sekolah atau daerah.
3. Kegiatan pengembangan diri : Pembudayaan dan pembiasaan (pengkondisian, kegiatan rutin, kegiatan spontanitas, keteladanan, kegiatan terprogram), ekstrakurikuler (pramuka, PMR, kantin kejujuran, UKS, KIR, olahraga, seni, OSIS), bimbingan konseling (pemberian layanan bagi anak yang mengalami masalah)

Jadi pendidikan karakter penting bagi masa depan bangsa, pendidikan karakter disamping mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah juga menanamkan kebiasaan (habitution) tentang hal yang baik sehingga anak paham (kognitif) tentang sesuatu itu baik atau buruk, benar atau salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baiak dan bisa melakukannya (domain perilaku). Dari kebiasaan yang sudah terbentuk akan terjadi internalisasi (menyatu) dalam diri bersifat kokoh, kuat, sulit dipengaruhi.
Pendidikan karakter ini tidak hanya untuk siswa atau mahasiswa saja, tetapi untuk semua orang.
Sumber :
Buku ajar Strategi Pembelajaran FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Hand out “Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Masa Depan Bangsa dan Upaya Guru Mewujudkannya” oleh Siti Partini Sudirman, dosen FIP UNY dalam seminar “Strategi Mengajar dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik”



Senin, 19 Maret 2012

Model Pembelajaran


Nama : Dewi Setianingsih
NIM    : 292010082

MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
A.    Landasan Teori
Quantum teaching pertamakali dikembangkan oleh De Porter. Mulai dipraktekkan pada tahun 1992, dengan mengilhami rumus yang terkenal dalam fisika kuantum yaitu masa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Dengan rumus itulah mendefinisikan Quantum sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Pembelajaran Quantum bermakna interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya karena semua energi adalah kehidupan dan dalam proses pembelajarannya mengandung keberagaman dan interdeterminisme. Dengan kata lain interaksi-interaksi yang dimaksud mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.
Teori yang terkandung dalam Quantum Teaching adalah Accelerated Learning, Multiple Intelligences, Neuro-Linguistic Programming, Experiential Learning, dan Elements of Effective Instruction sehingga Quantum Teaching merangkaikan sebuah kekuatan yang memadukan multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel dengan otak yang didalamnya meramu konsep berbagai teori yaitu:


-    teori otak kanan/kiri
-    teori otak triune (3 in 1)
-    pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestetik)
-    teori kecerdasan ganda
-    pendidikan holistic (menyeluruh)
-    belajar berdasarkan pengelaman
-    belajar dengan symbol
-    simulasi/permainan.


B.     Karakteristik
Secara umum, Quantum Teaching (pembelajaran kuantum) mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.   Berpangkal pada psikologi kognitif.
2.  Bersifat humanistik, manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatian. Potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi dan sebagainya dari pembelajar dapat berkembang secara optimal dengan meniadakan hukuman dan hadiah karena semua usaha yang dilakukan pembelajar dihargai. Kesalahan sebagai manusiawi.
3. Bersifat konstruktivistis, artinya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran. Oleh karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulant yang seimbang agar pembelajaran berhasil baik.
4.      Memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna. Dalam proses pembelajaran dipandang sebagai penciptaan intekasi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat alamiah pembelajar menjadi cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar.
5.      Menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Dalam prosesnya menyingkirkan hambatan dan halangan sehingga menimbulkan hal-hal yang seperti: suasana yang menyengkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan lain-lain.
6.  Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran. Dengan kealamiahan dan kewajaran menimbulkan suasana nyaman, segar sehat, rileks, santai, dan menyenangkan serta tidak membosankan.
7.      Menekankan kebermaknaan dan dan kebermutuan proses pembelajaran. Dengan kebermaknaan dan kebermutuan akan menghadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar, terutama pengalaman perlu diakomodasi secara memadai.
8.   Memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan yang dinamis. Sedangkan isi pembelajaran meliputi: penyajian yang prima, pemfasilitasan yang fleksibel, keterampilan belajar untuk belajar dan keterampilan hidup.
9.   Menyeimbangkan keterampilan akademis, keterampilan hidup dan prestasi material.
10.  Menanamkan nilai dan keyakinan yang positif dalam diri pembelajar. Ini mengandung arti bahwa suatu kesalahan tidak dianggapnya suatu kegagalan atau akhir dari segalanya. Dalam proses pembelajarannya dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah tidak diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai.
11.  Mengutamakan keberagaman dan kebebasan sebagai kunci interaksi. Dalam prosesnya adanya pengakuan keragaman gaya belajar siswa dan pembelajar.
12.    Mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran, sehinga pembelajaran bisa berlangsung nyaman dan hasilnya lebih optimal.
C.    Prinsip Dasar
Prinsip dasar yang terdapat dalam pembelajaran Quantum adalah:
1.      Bawalah dunia mereka (siswa) ke dalam dunia kita (guru), dan antarkan dunia kita (guru) ke dalam dunia mereka (siswa).
2.      Proses pembelajaran bagaikan orkestra simfoni, yang secara spesifik dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Segalanya dari lingkungan. Hal ini mengandung arti baik lingkungan kelas/sekolah sampai bahasa tubuh guru, dari lembar kerja atau kertas kerja yang dibagikan anak sampa rencana pelakanaan pembelajaran, semuanya mencerminkan pembelajaran.
b.   Segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan semuanya.
c.   Pengalaman mendahului pemberian nama. Pembelajaran yang baik adalah jika siswa telah memperoleh informasi terlebih dahulu apa yang akan dipelajari sebelum memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Ini diilhami bahwa otak akan berkembang pesat jika adanya rangsangan yang kompleks selanjunya akan menggerakkan rasa keingintahuan.
d.   Hargailah/akuilah setiap usaha yang dilakerjakan. Dalam proses pembelajaran siswa seharusnya dihargai dan diakui setiap usahanya walaupun salah, karena belajar diartikan sebagai usaha yang mengandung resiko untuk keluar dari kenyamanan untuk membongkar pengetahuan sebelumnya.
e.  Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Segala sesuatu yang telah dipelajari oleh siswa sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya.
3.      Pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Ada depalapan kunci keunggulan dalam pembelajaran Quantum yaitu:
a. Terapkan hidup dalam integritas, dalam pembelajaran sebagai bersikap apa adanya, tulus, dan menyeluruh, sehingga akan meningkatkan motivasi belajar.
b. Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan. Jika mengalami kegagalan janganlah membuat cemas terus menerus tetapi memberikan informasi kepada kita untuk belajar lebih lanjut.
c.   Berbicaralah dengan niat baik. Dalam pembelajaran hendaknya dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. Dengan niat bicara yang baik akan mendorong rasa percaya diri dan motivasi.
d.  Tegaskanlah komitmen. Dalam pembelajaran baik guru maupun siswa harus mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu.
e.    Jadilah pemilik, mengandung arti bahwa siswa dan guru memiliki rasa tanggung jawab sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu.
f.    Tetaplah lentur/fleksibel. Seorang guru terutama harus pandai-pandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana diperlukan.
g.  Pertahankan keseimbangan. Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh, emosi dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.
4.      Kerangka Perencanaan Pembelajaran Quantum
Kerangka perencanaan pembelajaran kuantum dikenal dengan singkatan “TANDUR” (tumbuhkan, alami, namai, demostrasikan, ulangi dan rayakan), yaitu:
a.       Tumbuhkan.
Konsep tumbuhkan ini sebagai konsep operasional dari prinsip “bawalah dunia mereka ke dunia kita”. Dengan usaha menyertakan siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Secara umum konsep tumbuhkan adalah sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan, buatlah siswa tertarik atau penasaraan tentang materi yang akan diajarkan. Dari hal tersebut tersirat, bahwa dalam pendahuluan (persiapan) pembelajaran dimulai guru seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang positif, lingkungan sosial (komunitas belajar), sarana belajar, serta tujuan yang jelas dan memberikan makna pada siswa, sehingga menimbulkan rasa ingin tahu.
Berikut pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipakai sebagai acuan guru: hal apa yang siswa pahami? Apa yang siswa setujui? Apakah manfaat dan makna materi tersebut bagi siswa? Pada bagian apa siswa tertari/bermakna?
Stategi untuk melaksanakan TUMBUHKAN tidak harus dengan tanya jawab, menuliskan tujuan pembelajaran dipapan tulis, melainkan dapat pula dengan penyajian gambar/media yang menarik atau lucu, isu muthakir, atau cerita pendek tentang pengalaman seseorang.
b.      Alami.
Tahap ini jika kita tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada kegiatan inti. Konsep ALAMI mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru harus memberi pengalaman dan manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun siswa sehingga menimbulkan hasrat alami otak untuk menjelajah.
Pertanyaan yang memandu guru pada konsep alami adalah cara apa yang terbaik agar siswa memahami informasi? Permainan atau keinginan apa yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki? Permainan dan kegiatan apa yang memfasilitasi siswa?
Strategi konsep ALAMI dapat menggunakan permainan atau simulasi dengan memberi tugas secara individu atau kelompok untuk mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki.
c.       Namai.
Konsep ini berada pada kegiatan inti, yang namai mengandung maksud bahwa penamaan memuaskan hasrat alami otak (membuat siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman) untuk memberikan identitas, menguatkan dan mendefinisikan. Penamaan dalam hal ini adalah mengajarkan konsep, melatih keterampilan berpikir dan strategi belajar.
Pertanyaan yang dapat membantu guru dalam memahami konsep namai yaitu perbedaan apa yang perlu dibuat dalam belajar? Apa yang harus guru tambahkan pada pengertian siswa? Strategi, kiat jitu, alat berpikir apa yang digunakan untuk siswa ketahui atau siswa gunakan?
Strategi implementasi konsep namai dapat menggunakan gambar susunan gambar, warna, alat Bantu, kertas tulis dan poster di dinding atau yang lainnya.
d.      Demonstrasikan.
Tahap ini masih pada kegiatan ini. Inti pada tahap ini adalah memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan bahwa siswa tahu. Hal ini sekaligus memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Panduan guru untuk memahami tahap ini yaitu dengan cara bertanya, apakah siswa dapat memperagakan tingkat kecakapan siswa dengan pengetahuan yang baru? Kriteria apa yang dapat membantu guru dan siswa mengembangkan bersama untuk menuntut peragaan kemampuan siswa?
Strategi yang dapat digunakan adalah mempraktekkan, menyusun laporan, membuat presentasi dengan powerpoint, menganalisis data, melakukan gerakan tangan, kaki, gerakan tubuh bersama secara harmonis, dan lain-lain.
e.       Ulangi.
Tahap ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu ini”. Kegiatan ini dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan. Panduan guru untuk memasukan tahap ini yaitu cara apa yang terbaik bagi siswa untuk mengulang pelajaran ini? Dengan cara apa setiap siswa akan mendapatkan kesempatan untuk mengulang?
Strategi untuk mengimplementasikan yaitu bisa dengan membuat isian “aku tahu bahwa aku tahu ini” hal ini merupakan kesempatan siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru kepada orang lain (kelompok lain), atau dapat melakukan pertanyaan – pertanyaan post tes.
f.       Rayakan.
Tahap ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa rampung, untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesusksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam belajar lebih lanjut. Panduan pertanyaan dalam diri guru untuk melaksanakan adalah untuk pelajaran ini, cara apa yang paling sesuai untuk merayakannya? Bagaimana anda dapat mengakui setiap orang atas prestasi mereka?
Strategi yang dapat digunakan adalah dengan pujian bernyanyi bersama, pesta kelas, memberikan reward berupa tepukan.
D.    Langkah-Langkah
-          Guru membuat kartu soal sesuai marteri bahan ajar
-          Guru membuat kartu jawaban dengan diacak nomornya
-          Guru menyajikan materi
-          Membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban
-          Siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.

Sumber :
-           



 
Model Pembelajaran Scramble

Teori Dasar
Scramble berasal dari bahasa Inggris yang artiya “perebutan, perjuangan, pertarungan”, dimana belajar ditekankan sambil bermain sehingga siswa mendapatkan suasana menyenangkan. Model ini menghendaki siswa melakukan penyusunan atau pengurutan suatu struktur bahasa yang sebelumnya dengan sengaja telah dikacaukan susunannya. Scramble terdiri dari tiga bentuk sebagaimana dikemukakan Budiharto, dkk. 1997) yaitu:
1. Scramble kata, yaitu sebuah permainan menyusun kata-kata dari huruf-huruf yang telah dikacaukan letak hurufnya, sehingga membentuk suatu kata yang bermakna.
2.  Scramble kalimat, yaitu sebuah permainan menyusun kalimat dari kata acak.
3. Scramble wacana, yakni sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan kalimat acak atau paragraf acak.
Berdasarkan ketiga jenis teknik scramble di atas, maka penelitian ini ditekankan pada scramble kalimat. Menurut Depdiknas (2006: 220) sintaks teknik scramble adalah sebagai berikut:
1.      Media:
a.       buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
b.      buat jawaban yang diacak hurufnya.
2.      Langkah-langkah:
a.       Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
b.      Membagikan lembar kerja sesuai materi.
Sebagaimana penjelasan singkat di atas, dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Guru menyiapkan lembar kerja sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, contoh:
Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan kolom A. 

A
B
  Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara.......
  .......digunakan sebagai alat pembayaran syah
    Uang ...... saat ini banyak dipalsukan.
   Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata uang asing disebut.......
    Kertas yang bernilai disebut....
     TARREB ...........................


     GANU ...............................

     TRASEK ...........................

     SRUK ................................
KEC ...................................
1.  Guru menyiapkan materi bahan ajar dan mengelola kelas, yang diawali dengan absensi  kehadiran siswa, berdoa bersama dan mereview pembelajaran sebelumnya.
2.      Guru membuat keterkaitan bermakna dengan pelajaran lain.
3.      Memberikan umpan balik materi pelajaran kepada siswa.
4.      Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui teknik scramble.
5.      Menjelaskan materi pembelajaran secara runtut.
6.      Membagikan LKS scramble kepada siswa.
7.      Mengawasi dan melakukan observasi aktivitas belajar siswa.
8.      Memberikan penilaian atas hasil kerja siswa, dan menutup pelajaran.



Model Pembelajaran Word Square
     Pengertian
Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran (Mujiman, 2007)

Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip seperti mengisi Teka-Teki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata pelajaran.Tinggal bagaimana Guru dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf/angka pengecoh bukan untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.
     Media : Buat kotak sesuai keperluan, buat soal sesuai KD.
     Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
  1.     Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
  2.     Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.
  3.     Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban.
  4.     Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
     CONTOH JAWABAN (Untuk Mapel IPS)
T
Y
E
N
I
O
K
N
R
A
U
A
N
K
U
O
A
B
A
R
T
E
R
M
N
A
N
I
R
R
S
I
S
D
G
I
I
T
G
N
A
O
N
L
S
A
I
A
K
L
A
A
I
S
R
L
S
A
C
E
K
B
O
S
I
R
I
N
G
G
I
T
     CONTOH SOALNYA :
  1.      Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara …….
  2.      ……. Digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
  3.      Uang ……. Saat ini banyak di palsukan
  4.      Nilai bahan pembuatan uang disebut …….
  5.      Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai …….
  6.      Nilai perbandingan uang dalam negara dengan mata uang asing disebut …….
  7.      Nilai yang tertulis pada mata uang disebut nilai …….
  8.      Dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut motif …….
  9.     Perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening ke bank untuk membayar sejumlah uang disebut …….
Kekurangan dan Kelebihan Model Pmebelajaran Word Square
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran Word Square yaitu:
1.      Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
2.      Melatih untuk berdisiplin.
3.      Dapat melatih sikap teliti dan kritis.
4.      Merangsang siswa untuk berpikir efektif.
Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap materi yang disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam lembar kerja. Dan tentu saja yang ditekankan disini adalah dalam berpikir efektif, jawaban mana yang paling tepat.
Sedangkan beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square yaitu:
1. Mematikan kreatifitas siswa.
2.  Siswa tinggal menerima bahan mentah.
3.  Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi yang dimilikinya.
     Dalam model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas masing-masing, dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, dan jawaban dari lembar kerja pun tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak dapat menggali lebih dalam materi yang ada dengan model pembelajaran word square ini.
Dari penjelasan tentang model pembelajaran word square maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran word square adalah suatu pengembangan dari metode ceramah namun untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan maka diberikan lembar kerja yang didalamnya berisi soal dan jawaban yang terdapat dalam kotak kata. Membutuhkan suatu kejelian dan ketelitian dalam mencari pilihan jawaban yang ada dengan tepat. Namun sebagaimanan model pembelajaran yang lainnya, model pembelajaran word square mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kekurangan dari model pembelajaran ini yaitu siswa hanya menerima bahan mentah dari guru dan tidak dapat mengembangkan kreativitasnya, karena siswa hanya dituntut untuk mencari jawaban bukan untuk mengembangkan pikiran siswa masing-masing. Sedangkan kelebihannya yaitu meningkatkan ketelitian, kritis dan berfikir efektif siswa. Karena siswa dituntut untuk mencari jawaban yang paling tepat dan harus jeli dalam mencari jawaban yangada dalam lembar kerja.
Sumber :