TUGAS AKHIR FILSAFAT ILMU
FILSAFAT CINTA
“All About is Love”
“All About is Love”
Antara Manusia (aku) - Engkau
Disusun Oleh :
Dewi
Setianingsih 292010082
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2012
FILSAFAT CINTA
“All About Is Love”
Antara Manusia
(Aku) – Engkau
Bicara
tentang cinta pasti tidak lepas dari manusia, Tuhan dan makhluk Tuhan lainnya
yang diciptakan di dunia ini. Dalam filsafat ini hanya akan membahas tentang
perasaan cinta antar manusia pada umumnya. Sebelum kita mempelajari filsafat
cinta kita harus tahu tentang hakekat manusia, kemudian bru kita cari apa itu
cinta? Darimana cinta itu berasal? Bagaimana cara kita mengetahui adanya cinta?
Bagaimana cara kita memperoleh cinta?
Hakekat Manusia (aku)
Manusia
memiliki akal budi dan kesadaran. Manusia sadar, bahwa ia memiliki, menguasai
dan memastikan diri sendiri. Kesadaran
manusia tentang dirinya sebagai pusat kesadaran. Ia sadar bahwa segala
peristiwa hidupnya berkaitan dengan dirinya sebagai pusat. Ia mengerti,
mengalami dan merasa bahwa Aku-lah yang berbuat demikian. Dan dalam perbuatannya
manusia mengalami dan memahami resiko dari perbuatannya.
Manusia
adalah makhluk yang berbadan/bertubuh. Dengan tubuhnya manusia bersatu dengan
realitas disekitarnya. Dengan tubuhnya manusia berjalan, bertindak
mengungkapkan pikran, rasa, dll. Melalui tubuhnya keakraban dan kesatuan cinta
dapat dihayati dan wujudkan.
Menurut
Marcel tentang tubuh dan jiwa, tampak bahwa manusia –aku- tidak hanya sekedar
tubuh, ada aspek yang lain dari aku yang selalu berada dalam interaksi
(ketegangan atau harmoni) dengan tubuh. Aspek lain itu, yang disebut rohani
atau jiwa. Aspek inilah yang membuat manusia mampu berdiri sendiri, mampu
menghadapi diri dan sesuatu yang lain dengan sadar.
Hubungan
jasmani/tubuh-jiwa/rohani dilukiskan oleh Drijarkara dengan peribahasa jawa “
randu alas (tubuh) mrambat witing sembukan (jiwa) artinya bahwa yang tampaknya
kasar dan besar (randu alas, tubuh) tergantung dari apa yang halus, yang tidak
kasar, yang tidak materil. Gambaran itu mengungkapkan, bahwa tubuh itu tidak
berdiri sendiri, tidak berada dengan berdiri sendiri, tubuh itu berada dalam
adanya jiwa.
Walaupun
tubuh adalah sarana kontak aku dengan dunia, tubuh tidak akan pernah mampu
mengungkapkan isi dalam/batin manusia/aku sepenuhnya. Apa yang dialami dalam
batin melebihi apa yang dapat diungkapkan. Hal itulah yang membuat orang lain
tetap menjadi rahasia dari yang lain, bahkan bagi dirinya sendiri sekalipun.
Setiap
manusia membagi dunianya dengan manusia yang lain. Berada di dunia berarti,
bahwa semuamanusia terlibat bersama sekalipun tiap-tiap manusia akan menghayati
keterlibatan itu secara unik dan pribadi. Keterarahan dan keterjalinan bersama
menuntut manusia member bentuk dan isi kepada dunia.
Manusia
adalah makhluk yang terbuka dalam segala-galanya, untuk mengungkapkan cara
hidupyang eksistensi, berarti keterbukaan (sitere-berdiri)
ke luar (ex). Hal ini berarti , bahwa
hidup mengandung keterbukaan kepada orang lain, sehingga eksistensi juga
berarti ko-eksistensi (hidup bersama orang lain).
Di
dalam pengalaman bertemu dengan orang lain, sesungguhnya saat itulah manusia baru
menemukan diri sebagai aku. Disinalah keaslian diri pribadi aku/manusia menjadi
tampak keluar. Menurut Leenhouwers, hidup manusia adalah proses menjadi. Untuk
itu manusia mendapat tugas untuk member isi kepada hidupnya sendiri.
Menurut
Gabriel Macel, aku dan engkau saling menghidupi, sehingga pada hakekatnya
mereka tak dapat diceraikan satu dari yang lain. Kesatuan antara aku dengan
engkau dapat menghasilkan kepenuhan hidup sebagai manusia.
Tentang Cinta
Menurut Sartre, konflik atau kebencian adalah suasana
yang harus dikuasai relasi antar manusia. Setiap orang harus berupaya untuk
mempertahankan diri dan harus rela menanggung segala konsekwensinya. Menurut
Levinas, orang harus saling membuka diri satu terhadap yang lain, saling
menciptakan peluang satu untuk yang lain agar dapat menjadi diri sendiri.
Menurut Gabriel Marcel, dalam hubungan dengan sesama manusia sebagai relasi
aku-engkau, cinta kasih (dan kesetian) merupakan sikap-sikap utama. Dalam cinta
(dalam kesetiaan) manusia dapat mewujudkan secara kongkret keterjalinannya
dengan sesama. Marcel menekankan, bahkan aku hanya mungkin mencapai
kesempurnaan, jika mengarahkan diri kepada yang lain-engkau. Tanpa menghayati
keterbuakaan pada yang lain, manusia tak mungkin menemukan inti dirinya. hanya
cinta kasihlah yang sesuai dengan eksistensi manusia.
Didalam cinta kasih itu, manusia akan menyelami sesamanya
supaya ia keluar dari dirinya sendiri, dan menerima sesamanya sebagai engkau.
Hanya di dalam cinta kasih inilah hubungan aku-engkau terjadi secara sempurna,
yang di dalamnya sungguh menjadi akuy dan orang lain benar-benar menjadi
engkau. keduanya dipersatukan dalam kesatuan yang baru. Aku dan engkau
dipersatukan di dalm kita yang hanya dapat dipahami di dalam kehadiran sebagai
rahasia yang harus dipercaya. Dalam cintalah terjadi perjumpaan yang luhur dan
manusiawi.
Dalam mitologi yunani klasik cinta diungkapkan dengan
kata eros. eros di dalam Homer dimengerti sebagai cinta (love) atau hasrat
(desire). Theogonynya Hesiod, menggambarkan eros sebagai salah satu dari 3 dewa
yang menguasai kosmos. eros dogambarkan memiliki kekuatan paling besar yang
kekal, mengalahkan akal budi para dewa dan manusia.
Sophocles dalam Antigone menggambarkan eros sebagai dewa
yang tak terkalahkan atau penghancur. Hippolytusnya Euripides menyatakan, “
apakah menyerah untuk cinta atau menolak untuk menyerah pada cinta manusia
tetap akan mengalami kehancuran”. sehingga dari mitologi yunani klasik dapat
disimpulkan, eros adalah emosi, keindahan masa muda-anak laki-laki yang tampan
dari dewi seksual yang cantik, sportif, selalu aktif, kekuatan yang paling
besar dan kekal yang mengalahkan akal budi manusia dan dewa.
Cinta dipercaya dapat menjadikan kekuatan yang mampu
mempersatukan bukan saja manusia- bahkan juga hewan di dalam suatu ikan
bersama. Cinta merupakan kekuatan yang mewakili persatuan, harmoni dan yang
lain (Strife) merupakan kekuatan yang mendatangkan perpecahan dan pemisahan. Di
dalam Symposium, Plato mengungkapkan bahwa eros adalah daya kreatif dalam diri
manusia, pencetus kehidupan, inspirator para penemu, seniman dan para jenius.
Menurut Plato jalan cinta yang tepat, mulai dari keindahan
yang dapat dilihat
dengan mata, kemudian tertuju pada keindahan adiduniiawi, menanjak semakin
tinggi seperti menaiki anak tangga, dari tubuh-tubuh yang indah menuju
sikap-sikap hidup yang indah, dan yang akhirnya akan tiba pada keindahan
adiduniawi itu sendiri. dengan demikian manusia akhirnya mengenal apa yang
sungguh-sungguh indah pada umumnya.
Agustinis menyimpulkan, bahwa pngetahuan sejati baru
tercapai bila dibarebgi cinta kasih, pengetahuan diri selalu diliputi cinta
diri, cinta diri yang sejati menuntut bahwa manusia mencintai sesama, dan cinta
terhadap sesama sekaligus merupakan cinta kepada Tuhan. Menurut Dante dalam
Vita Nounve, cinta dimulai dengan pemandangan pada keindahan perempuan dan yang
berakhir dengan pandangan pada Illahi. Tetapi menderita karena cinta merupakan
penderitaan yang sahid- sebuah nilai yang meninggalkan rasa ego.
Dalam konteks yang universal konsep cinta pada umumnya
dideskripsikan dalam 3 kategori yaitu emosi, moral dan realitas spiritual dari
pengalaman. ketiga kategori ini dinyatakan dalam 3 jenis cinta : Pertama, cinta
jasmani yang membangkitkan hasrat dan nafsu memiliki dan mengejar sesuatu yang
indah demi kepuasan dan kesenangan (eros).
Kedua, cinta persahabatan atau kasih sayang diantara manusia (philia). Ketiga, cinta ilahi, cinta
adalah anugrah.
Hubungan Filsafat Cinta dalam
Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Ada tiga pembagian besar cinta secara filsafat,
ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Pada kasus cinta dimulai dari yang
terakhir (aksiologi). Aksiologi terdiri dari etika dan estetika, maka jika
cinta dipandang dari sudut aksiologi akan menghasilkan statement “beretika cinta pasti akan
merasakan estetika cinta” Estetika cinta dapat dirasakan ketika
dan setelah beretika cinta.
Dari
sudut pandang epistemologi yang menjadi tindak lanjut dari aksiologi. Meminjam
epistemologi tauhid, dalam cintapun sama epistemologinya, yaitu: “diyakini dengan hati,
pembenaran dengan lisan, dan dilakukan dengan perbuatan atau tindakan.”
Ketiga-tiganya harus utuh dan tidak bisa dipisahkan.
Setelah beraksiologi cinta dengan cara epistemologi
cinta akan sampai pada ontologi cinta. Artinya akan dapat diketahui definisi
cinta yang sebenarnya, “cinta adalah cinta.”Definisi tersebut ringkasan dari
definisi “tidak
ada cinta kecuali cinta itu sendiri”.
Hakekat Cinta
Saat
pertama kali kita menyukai lawan jenis, apa sebelumnya mereka penah belajar
tentang filsafat cinta? Mereka merasakan cinta begitu saja mengalir dari dalam
hatinya. Apabila seseorang
mencintai maka aku berpaling pada yang lain, menghadap padanya menaruh cinta
akan dia. Cinta pertama-tama adalah tindakan. Cinta bukanlah pengaruh pasif.
Ciri aktif dari cinta yaitu menghampiri orang lain dan menghadap padanya,
melepaskan keterarahan terhadap diri sendiri dengan demikian orang lain dapat
diperhatikan. Tindakan ini mencirikan kesediaan diri didalam tindakan ini,
tampaklah ciri aktif dari cinta yaitu memberi.
Cinta mengandaikan mental tanpa pamrih, cinta merupakan
keterjalinan antara pribadi-pribadi yang didasarkan atas nilai-nilai orang yang
bersangkutan. Cinta adalah penyerahan dan penyerahan diri aku yang merasa
bertanggung jawab atas tugas hidupnya sendiri dan dalam relasi-relasi dengan
orang lain. Disini tampak ciri kedua cinta yaitu tanggung jawab.
Cinta bertujuan menyempurnakan orang yang dicintai.
Disini tampak ciri ketiga dari cinta yaitu kemantapan, ketahanan atau setia.
Menurut Marcel didalam kesetiaan itu, manusia menghubungkan diri denagn orang
lain didalam ikrar dan mentransendir hidup perasaanya yang berubah-ubah
sehingga ia merendahkan diri dan memyediakan dirinya bagin orang lain.
Menurut Leenhouwers, pada hakikatnya cinta, yang dilihat
dari relasi aku dengan yang lain bersifat timbal balik. Cinta kasih (Kesetiaan)
tidak akan berakhir itulah yang memberi harapan menmgatasi kematian ( karena
dalam setiap perjalanan hidup manusia akan berakhir kematian).
Di dalam cinta ada solidaritas, kesetiaan, kerelaan untuk
berbagi dengan yang lain. Cinta memberi keberanian untuk menjadi diri sendiri
apa adanya, tanpa takut akan ditertawakan. Di dalam cinta ada peluang untuk
menjadi aku yang sejati dan dalam cinta lah setiap manusia disatukan dalam
cinta yang lain adalah bagian dari aku. Dalam cinta aku, dan engkau menjadi satu.
Disiplin dan kerja keraslah yang mampu membuat cinta membuat warna relasi antar
perempuan dan laki-laki, antar bangsa bahkan antar umat manusia secara
menyeluruh. Cinta bukanlah sesuatu yang ditunggu jatuhnya. Dunia ini akan
berubah jika cinta menjadi praxis.
Definisi Cinta
Menurut
Leenhouwers, cinta merupakan keterjalinan antara pribadi-pribadi. Setiap
membicarakan tentang cinta harus dimulai dengan suatu teori tentang manusia
(Erich Fromm). Untuk mendefinisikan cinta sangatlah sulit, karena tidak bisa
dijangkau dengan kalimat dan sulit diraba dengan kata-kata. Ibnul Qayyim
mengatakan: “Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila
didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak
jelas, (berarti) definisinya adalah adanya cinta itu sendiri.” (Madarijus
Salikin, 3/9)
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang
kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat
baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat
lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia
terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan
kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan
apapun yang diinginkan objek tersebut.
Refleksi
Cinta
itu butuh pemahaman, cinta merupakan sesuatu yang baik, sebuah kekuatan yang
dapat merubah seseorang menjadi manusia yang lebih baik atau lebih buruk, semua
itu bergatung pada manusianya. Jika ia beranggapan cinta itu pembodohan,
sebenarnya pendapat itu benar, terkadang manusia menjadi bodoh saat ia mengenal
cinta, ia rela melakukan apa saja demi cinta, bahkan ada yang bunuh diri karena
cintanya ditolak atau merebutkan cinta seseorang yang berujung dengan
kekerasan. Hal itu karena manusia belum biasa memaknai cinta, ia belum biasa
menggunakan kekuatan cinta dengan cara yang baik.
Dan
bagaimana cara kita untuk menggunakan cinta dengan cara yang baik? Pahamilah
bahwa cinta itu adalah sebuah perasaan yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia,
Tuhan juga memberikan akal pikiran dan kesadaran kepada manusia untuk mengambil
keputusan kepada siapa perasaan cinta itu akan dibagikan. Jika kita paham akan
itu, maka manusia akan melakukan semua dengan rasa cinta dan ikhlas serta
ketulusan. Berusaha memberikan yang terbaik. Manusia juga harus menyadari bahwa
dalam hidup tidak selalu bahagia.
Manusia
membuat keputusan untuk mencintai dan mengasihi seseorang merupakan murni
keputusan dari dalam dirinya. Sehingga manusia itu sadar apa saja resiko-resiko
yang akan ia alami jika ia mencintai seseorang, entah putus, atau akan berakhir
bahagia. Jika semua keputusan dan tindakan yang ia lakukan dibuat dengan penuh
kesadaran hal ini berarti seseorang itu dapat menggunakan cinta itu dengan
baik.
Dalam
cinta terdapat berbagai perasaan yang bervariasi. Cinta itu unik, dalam
kehidupan yang sekarang ini seseorang mencari kekasih atau pasangan hidup hanya
melihat dari penampilan, harta kekayaan bahkan pangkat/ derajad yang dimiliki
oleh seseorang. Apa hal ini bisa disebut cinta? Tidak, cinta itu berkaitan
dengan hati dan perasaan. Cinta yang memandang harta itu bukan cinta melainkan
obsesi. Sebuah obsesi yang ada di dalam pikiran kita hanya ada rasa ingin
memiliki, namun tidak ada rasa cinta dalam hati.Maka cinta itu tidak akan
bertahan lama, selama mereka hanya memiliki rasa obsesi, ketika mereka melihat seseorang yang
lebih baik maka ia akan lebih memilih yang lainnya.
Cinta itu harus dihidupi dengan enam komponen, yakni
komponen hasrat (1), kehadiran (2), kemampuan memberi ruang untuk berkembang
(3), komitmen (4), harus pakai akal budi (5), dan dijalankan dengan penuh
kesadaran.
Dan pada
akhirnya manusia yang memiliki rasa cinta dapat menilai, mana yang baik dan
mana yang buruk, pantas atau tidak pantas seseorang untuk dijadikan pasangan
hidup/ kekasih. namun kita sebagai makhluk Allah harus saling mengasihi tanpa
harus melihat perbedaan status, drajad, karena kita semua sama di hadapan
Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Mariani, Ester. 1999. Cinta Dalam Kemitraan. Salatiga:
Fakultas Teologi UKSW
Fromm, Erich. 1990. Seni Mencinta. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan
Sydie, R. A. 1987. Natural
Women, Cultural Man. England: Open University Press