Selamat Datang di Blog dsetianingsih.blogspot.com

Semoga apa yang saya posttingkan dapat bermanfaat untuk Anda semuanya,,, :)

Sabtu, 21 April 2012

About Love


TUGAS AKHIR FILSAFAT ILMU
FILSAFAT CINTA
“All About is Love”
Antara Manusia (aku) - Engkau

 

Disusun Oleh :
Dewi Setianingsih      292010082

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2012



FILSAFAT CINTA
“All About Is Love”
Antara Manusia (Aku) – Engkau

Bicara tentang cinta pasti tidak lepas dari manusia, Tuhan dan makhluk Tuhan lainnya yang diciptakan di dunia ini. Dalam filsafat ini hanya akan membahas tentang perasaan cinta antar manusia pada umumnya. Sebelum kita mempelajari filsafat cinta kita harus tahu tentang hakekat manusia, kemudian bru kita cari apa itu cinta? Darimana cinta itu berasal? Bagaimana cara kita mengetahui adanya cinta? Bagaimana cara kita memperoleh cinta?
Hakekat Manusia (aku)
Manusia memiliki akal budi dan kesadaran. Manusia sadar, bahwa ia memiliki, menguasai dan memastikan diri sendiri.  Kesadaran manusia tentang dirinya sebagai pusat kesadaran. Ia sadar bahwa segala peristiwa hidupnya berkaitan dengan dirinya sebagai pusat. Ia mengerti, mengalami dan merasa bahwa Aku-lah yang berbuat demikian. Dan dalam perbuatannya manusia mengalami dan memahami resiko dari perbuatannya.
Manusia adalah makhluk yang berbadan/bertubuh. Dengan tubuhnya manusia bersatu dengan realitas disekitarnya. Dengan tubuhnya manusia berjalan, bertindak mengungkapkan pikran, rasa, dll. Melalui tubuhnya keakraban dan kesatuan cinta dapat dihayati dan wujudkan.
Menurut Marcel tentang tubuh dan jiwa, tampak bahwa manusia –aku- tidak hanya sekedar tubuh, ada aspek yang lain dari aku yang selalu berada dalam interaksi (ketegangan atau harmoni) dengan tubuh. Aspek lain itu, yang disebut rohani atau jiwa. Aspek inilah yang membuat manusia mampu berdiri sendiri, mampu menghadapi diri dan sesuatu yang lain dengan sadar.
Hubungan jasmani/tubuh-jiwa/rohani dilukiskan oleh Drijarkara dengan peribahasa jawa “ randu alas (tubuh) mrambat witing sembukan (jiwa) artinya bahwa yang tampaknya kasar dan besar (randu alas, tubuh) tergantung dari apa yang halus, yang tidak kasar, yang tidak materil. Gambaran itu mengungkapkan, bahwa tubuh itu tidak berdiri sendiri, tidak berada dengan berdiri sendiri, tubuh itu berada dalam adanya jiwa.
Walaupun tubuh adalah sarana kontak aku dengan dunia, tubuh tidak akan pernah mampu mengungkapkan isi dalam/batin manusia/aku sepenuhnya. Apa yang dialami dalam batin melebihi apa yang dapat diungkapkan. Hal itulah yang membuat orang lain tetap menjadi rahasia dari yang lain, bahkan bagi dirinya sendiri sekalipun.
Setiap manusia membagi dunianya dengan manusia yang lain. Berada di dunia berarti, bahwa semuamanusia terlibat bersama sekalipun tiap-tiap manusia akan menghayati keterlibatan itu secara unik dan pribadi. Keterarahan dan keterjalinan bersama menuntut manusia member bentuk dan isi kepada dunia.
Manusia adalah makhluk yang terbuka dalam segala-galanya, untuk mengungkapkan cara hidupyang eksistensi, berarti keterbukaan (sitere-berdiri) ke luar (ex). Hal ini berarti , bahwa hidup mengandung keterbukaan kepada orang lain, sehingga eksistensi juga berarti ko-eksistensi (hidup bersama orang lain).
Di dalam pengalaman bertemu dengan orang lain, sesungguhnya saat itulah manusia baru menemukan diri sebagai aku. Disinalah keaslian diri pribadi aku/manusia menjadi tampak keluar. Menurut Leenhouwers, hidup manusia adalah proses menjadi. Untuk itu manusia mendapat tugas untuk member isi kepada hidupnya sendiri.
Menurut Gabriel Macel, aku dan engkau saling menghidupi, sehingga pada hakekatnya mereka tak dapat diceraikan satu dari yang lain. Kesatuan antara aku dengan engkau dapat menghasilkan kepenuhan hidup sebagai manusia.
Tentang Cinta
Menurut Sartre, konflik atau kebencian adalah suasana yang harus dikuasai relasi antar manusia. Setiap orang harus berupaya untuk mempertahankan diri dan harus rela menanggung segala konsekwensinya. Menurut Levinas, orang harus saling membuka diri satu terhadap yang lain, saling menciptakan peluang satu untuk yang lain agar dapat menjadi diri sendiri. Menurut Gabriel Marcel, dalam hubungan dengan sesama manusia sebagai relasi aku-engkau, cinta kasih (dan kesetian) merupakan sikap-sikap utama. Dalam cinta (dalam kesetiaan) manusia dapat mewujudkan secara kongkret keterjalinannya dengan sesama. Marcel menekankan, bahkan aku hanya mungkin mencapai kesempurnaan, jika mengarahkan diri kepada yang lain-engkau. Tanpa menghayati keterbuakaan pada yang lain, manusia tak mungkin menemukan inti dirinya. hanya cinta kasihlah yang sesuai dengan eksistensi manusia.
Didalam cinta kasih itu, manusia akan menyelami sesamanya supaya ia keluar dari dirinya sendiri, dan menerima sesamanya sebagai engkau. Hanya di dalam cinta kasih inilah hubungan aku-engkau terjadi secara sempurna, yang di dalamnya sungguh menjadi akuy dan orang lain benar-benar menjadi engkau. keduanya dipersatukan dalam kesatuan yang baru. Aku dan engkau dipersatukan di dalm kita yang hanya dapat dipahami di dalam kehadiran sebagai rahasia yang harus dipercaya. Dalam cintalah terjadi perjumpaan yang luhur dan manusiawi.
Dalam mitologi yunani klasik cinta diungkapkan dengan kata eros. eros di dalam Homer dimengerti sebagai cinta (love) atau hasrat (desire). Theogonynya Hesiod, menggambarkan eros sebagai salah satu dari 3 dewa yang menguasai kosmos. eros dogambarkan memiliki kekuatan paling besar yang kekal, mengalahkan akal budi para dewa dan manusia.
Sophocles dalam Antigone menggambarkan eros sebagai dewa yang tak terkalahkan atau penghancur. Hippolytusnya Euripides menyatakan, “ apakah menyerah untuk cinta atau menolak untuk menyerah pada cinta manusia tetap akan mengalami kehancuran”. sehingga dari mitologi yunani klasik dapat disimpulkan, eros adalah emosi, keindahan masa muda-anak laki-laki yang tampan dari dewi seksual yang cantik, sportif, selalu aktif, kekuatan yang paling besar dan kekal yang mengalahkan akal budi manusia dan dewa.
Cinta dipercaya dapat menjadikan kekuatan yang mampu mempersatukan bukan saja manusia- bahkan juga hewan di dalam suatu ikan bersama. Cinta merupakan kekuatan yang mewakili persatuan, harmoni dan yang lain (Strife) merupakan kekuatan yang mendatangkan perpecahan dan pemisahan. Di dalam Symposium, Plato mengungkapkan bahwa eros adalah daya kreatif dalam diri manusia, pencetus kehidupan, inspirator para penemu, seniman dan para jenius.
Menurut Plato jalan cinta yang tepat, mulai dari keindahan yang dapat dilihat dengan mata, kemudian tertuju pada keindahan adiduniiawi, menanjak semakin tinggi seperti menaiki anak tangga, dari tubuh-tubuh yang indah menuju sikap-sikap hidup yang indah, dan yang akhirnya akan tiba pada keindahan adiduniawi itu sendiri. dengan demikian manusia akhirnya mengenal apa yang sungguh-sungguh indah pada umumnya.
Agustinis menyimpulkan, bahwa pngetahuan sejati baru tercapai bila dibarebgi cinta kasih, pengetahuan diri selalu diliputi cinta diri, cinta diri yang sejati menuntut bahwa manusia mencintai sesama, dan cinta terhadap sesama sekaligus merupakan cinta kepada Tuhan. Menurut Dante dalam Vita Nounve, cinta dimulai dengan pemandangan pada keindahan perempuan dan yang berakhir dengan pandangan pada Illahi. Tetapi menderita karena cinta merupakan penderitaan yang sahid- sebuah nilai yang meninggalkan rasa ego.
Dalam konteks yang universal konsep cinta pada umumnya dideskripsikan dalam 3 kategori yaitu emosi, moral dan realitas spiritual dari pengalaman. ketiga kategori ini dinyatakan dalam 3 jenis cinta : Pertama, cinta jasmani yang membangkitkan hasrat dan nafsu memiliki dan mengejar sesuatu yang indah demi kepuasan dan kesenangan (eros). Kedua, cinta persahabatan atau kasih sayang diantara manusia (philia). Ketiga, cinta ilahi, cinta adalah anugrah.
Hubungan Filsafat Cinta dalam Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi
Ada tiga pembagian besar cinta secara filsafat, ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Pada kasus cinta dimulai dari yang terakhir (aksiologi). Aksiologi terdiri dari etika dan estetika, maka jika cinta dipandang dari sudut aksiologi akan menghasilkan statement “beretika cinta pasti akan merasakan estetika cinta” Estetika cinta dapat dirasakan ketika dan setelah beretika cinta.
Dari sudut pandang epistemologi yang menjadi tindak lanjut dari aksiologi. Meminjam epistemologi tauhid, dalam cintapun sama epistemologinya, yaitu: “diyakini dengan hati, pembenaran dengan lisan, dan dilakukan dengan perbuatan atau tindakan.” Ketiga-tiganya harus utuh dan tidak bisa dipisahkan.
Setelah beraksiologi cinta dengan cara epistemologi cinta akan sampai pada ontologi cinta. Artinya akan dapat diketahui definisi cinta yang sebenarnya, “cinta adalah cinta.”Definisi tersebut ringkasan dari definisi “tidak ada cinta kecuali cinta itu sendiri”.


Hakekat Cinta
Saat pertama kali kita menyukai lawan jenis, apa sebelumnya mereka penah belajar tentang filsafat cinta? Mereka merasakan cinta begitu saja mengalir dari dalam hatinya. Apabila seseorang mencintai maka aku berpaling pada yang lain, menghadap padanya menaruh cinta akan dia. Cinta pertama-tama adalah tindakan. Cinta bukanlah pengaruh pasif. Ciri aktif dari cinta yaitu menghampiri orang lain dan menghadap padanya, melepaskan keterarahan terhadap diri sendiri dengan demikian orang lain dapat diperhatikan. Tindakan ini mencirikan kesediaan diri didalam tindakan ini, tampaklah ciri aktif dari cinta yaitu memberi.
Cinta mengandaikan mental tanpa pamrih, cinta merupakan keterjalinan antara pribadi-pribadi yang didasarkan atas nilai-nilai orang yang bersangkutan. Cinta adalah penyerahan dan penyerahan diri aku yang merasa bertanggung jawab atas tugas hidupnya sendiri dan dalam relasi-relasi dengan orang lain. Disini tampak ciri kedua cinta yaitu tanggung jawab.
Cinta bertujuan menyempurnakan orang yang dicintai. Disini tampak ciri ketiga dari cinta yaitu kemantapan, ketahanan atau setia. Menurut Marcel didalam kesetiaan itu, manusia menghubungkan diri denagn orang lain didalam ikrar dan mentransendir hidup perasaanya yang berubah-ubah sehingga ia merendahkan diri dan memyediakan dirinya bagin orang lain.
Menurut Leenhouwers, pada hakikatnya cinta, yang dilihat dari relasi aku dengan yang lain bersifat timbal balik. Cinta kasih (Kesetiaan) tidak akan berakhir itulah yang memberi harapan menmgatasi kematian ( karena dalam setiap perjalanan hidup manusia akan berakhir kematian).
Di dalam cinta ada solidaritas, kesetiaan, kerelaan untuk berbagi dengan yang lain. Cinta memberi keberanian untuk menjadi diri sendiri apa adanya, tanpa takut akan ditertawakan. Di dalam cinta ada peluang untuk menjadi aku yang sejati dan dalam cinta lah setiap manusia disatukan dalam cinta yang lain adalah bagian dari aku. Dalam cinta aku, dan engkau menjadi satu. Disiplin dan kerja keraslah yang mampu membuat cinta membuat warna relasi antar perempuan dan laki-laki, antar bangsa bahkan antar umat manusia secara menyeluruh. Cinta bukanlah sesuatu yang ditunggu jatuhnya. Dunia ini akan berubah jika cinta menjadi praxis.

Definisi Cinta
Menurut Leenhouwers, cinta merupakan keterjalinan antara pribadi-pribadi. Setiap membicarakan tentang cinta harus dimulai dengan suatu teori tentang manusia (Erich Fromm). Untuk mendefinisikan cinta sangatlah sulit, karena tidak bisa dijangkau dengan kalimat dan sulit diraba dengan kata-kata. Ibnul Qayyim mengatakan: “Cinta tidak bisa didefinisikan dengan jelas, bahkan bila didefinisikan tidak menghasilkan (sesuatu) melainkan menambah kabur dan tidak jelas, (berarti) definisinya adalah adanya cinta itu sendiri.” (Madarijus Salikin, 3/9)
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.

Refleksi
Cinta itu butuh pemahaman, cinta merupakan sesuatu yang baik, sebuah kekuatan yang dapat merubah seseorang menjadi manusia yang lebih baik atau lebih buruk, semua itu bergatung pada manusianya. Jika ia beranggapan cinta itu pembodohan, sebenarnya pendapat itu benar, terkadang manusia menjadi bodoh saat ia mengenal cinta, ia rela melakukan apa saja demi cinta, bahkan ada yang bunuh diri karena cintanya ditolak atau merebutkan cinta seseorang yang berujung dengan kekerasan. Hal itu karena manusia belum biasa memaknai cinta, ia belum biasa menggunakan kekuatan cinta dengan cara yang baik.
Dan bagaimana cara kita untuk menggunakan cinta dengan cara yang baik? Pahamilah bahwa cinta itu adalah sebuah perasaan yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia, Tuhan juga memberikan akal pikiran dan kesadaran kepada manusia untuk mengambil keputusan kepada siapa perasaan cinta itu akan dibagikan. Jika kita paham akan itu, maka manusia akan melakukan semua dengan rasa cinta dan ikhlas serta ketulusan. Berusaha memberikan yang terbaik. Manusia juga harus menyadari bahwa dalam hidup tidak selalu bahagia.
Manusia membuat keputusan untuk mencintai dan mengasihi seseorang merupakan murni keputusan dari dalam dirinya. Sehingga manusia itu sadar apa saja resiko-resiko yang akan ia alami jika ia mencintai seseorang, entah putus, atau akan berakhir bahagia. Jika semua keputusan dan tindakan yang ia lakukan dibuat dengan penuh kesadaran hal ini berarti seseorang itu dapat menggunakan cinta itu dengan baik.
Dalam cinta terdapat berbagai perasaan yang bervariasi. Cinta itu unik, dalam kehidupan yang sekarang ini seseorang mencari kekasih atau pasangan hidup hanya melihat dari penampilan, harta kekayaan bahkan pangkat/ derajad yang dimiliki oleh seseorang. Apa hal ini bisa disebut cinta? Tidak, cinta itu berkaitan dengan hati dan perasaan. Cinta yang memandang harta itu bukan cinta melainkan obsesi. Sebuah obsesi yang ada di dalam pikiran kita hanya ada rasa ingin memiliki, namun tidak ada rasa cinta dalam hati.Maka cinta itu tidak akan bertahan lama, selama mereka hanya memiliki rasa obsesi, ketika mereka melihat seseorang yang lebih baik maka ia akan lebih memilih yang lainnya.
Cinta itu harus dihidupi dengan enam komponen, yakni komponen hasrat (1), kehadiran (2), kemampuan memberi ruang untuk berkembang (3), komitmen (4), harus pakai akal budi (5), dan dijalankan dengan penuh kesadaran.
Dan pada akhirnya manusia yang memiliki rasa cinta dapat menilai, mana yang baik dan mana yang buruk, pantas atau tidak pantas seseorang untuk dijadikan pasangan hidup/ kekasih. namun kita sebagai makhluk Allah harus saling mengasihi tanpa harus melihat perbedaan status, drajad, karena kita semua sama di hadapan Allah.



DAFTAR PUSTAKA

Mariani, Ester. 1999. Cinta Dalam Kemitraan. Salatiga: Fakultas Teologi UKSW
Fromm, Erich. 1990. Seni Mencinta. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Sydie, R. A. 1987. Natural Women, Cultural Man. England: Open University Press