Nama
: Dewi Setianingsih
NIM
: 292010082
MODEL
PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
A.
Landasan
Teori
Quantum teaching pertamakali dikembangkan oleh De
Porter. Mulai dipraktekkan pada tahun 1992, dengan mengilhami rumus yang
terkenal dalam fisika kuantum yaitu masa kali kecepatan cahaya kuadrat sama
dengan energi. Dengan rumus itulah mendefinisikan Quantum sebagai interaksi
yang mengubah energi menjadi cahaya. Pembelajaran Quantum bermakna interaksi-interaksi yang mengubah energi
menjadi cahaya karena semua energi adalah kehidupan dan dalam proses
pembelajarannya mengandung keberagaman dan interdeterminisme. Dengan
kata lain interaksi-interaksi yang dimaksud mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya
yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang lain.
Teori yang terkandung dalam Quantum Teaching adalah Accelerated Learning, Multiple
Intelligences, Neuro-Linguistic Programming, Experiential Learning, dan
Elements of Effective Instruction sehingga Quantum Teaching merangkaikan
sebuah kekuatan yang memadukan multisensori, multikecerdasan, dan kompatibel
dengan otak yang didalamnya meramu konsep berbagai teori yaitu:
- teori
otak kanan/kiri
- teori
otak triune (3 in 1)
- pilihan
modalitas (visual, auditorial dan kinestetik)
- teori
kecerdasan ganda
- pendidikan
holistic (menyeluruh)
- belajar
berdasarkan pengelaman
- belajar
dengan symbol
- simulasi/permainan.
B.
Karakteristik
Secara umum, Quantum Teaching (pembelajaran kuantum)
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1. Berpangkal pada psikologi kognitif.
2. Bersifat humanistik,
manusia selaku pembelajar menjadi pusat perhatian. Potensi diri, kemampuan
pikiran, daya motivasi dan sebagainya dari pembelajar dapat berkembang secara
optimal dengan meniadakan
hukuman dan hadiah karena semua usaha yang dilakukan pembelajar dihargai.
Kesalahan sebagai manusiawi.
3. Bersifat konstruktivistis,
artinya memadukan, menyinergikan, dan mengolaborasikan faktor potensi diri
manusia selaku pembelajar dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks
pembelajaran. Oleh karena itu, baik lingkungan maupun kemampuan pikiran atau
potensi diri manusia harus diperlakukan sama dan memperoleh stimulant yang
seimbang agar pembelajaran berhasil baik.
4. Memusatkan perhatian pada interaksi yang
bermutu dan bermakna. Dalam proses pembelajaran dipandang
sebagai penciptaan intekasi-interaksi bermutu dan bermakna yang dapat mengubah
energi kemampuan pikiran yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat
alamiah pembelajar menjadi cahaya yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajar.
5. Menekankan
pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Dalam
prosesnya menyingkirkan hambatan dan halangan sehingga menimbulkan hal-hal yang seperti: suasana yang
menyengkan, lingkungan yang nyaman, penataan tempat duduk yang rileks, dan
lain-lain.
6. Menekankan kealamiahan dan kewajaran proses
pembelajaran. Dengan kealamiahan dan kewajaran menimbulkan
suasana nyaman, segar sehat, rileks, santai, dan menyenangkan serta tidak
membosankan.
7. Menekankan kebermaknaan dan dan kebermutuan
proses pembelajaran. Dengan kebermaknaan dan kebermutuan
akan menghadirkan pengalaman yang dapat dimengerti dan berarti bagi pembelajar,
terutama pengalaman perlu diakomodasi secara memadai.
8. Memiliki
model yang memadukan konteks
dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang
memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan
yang dinamis. Sedangkan isi pembelajaran meliputi: penyajian yang prima,
pemfasilitasan yang fleksibel, keterampilan belajar untuk belajar dan
keterampilan hidup.
9. Menyeimbangkan keterampilan akademis,
keterampilan hidup dan prestasi material.
10. Menanamkan nilai dan keyakinan yang positif
dalam diri pembelajar. Ini mengandung arti bahwa suatu kesalahan tidak
dianggapnya suatu kegagalan atau akhir dari segalanya. Dalam proses
pembelajarannya dikembangkan nilai dan keyakinan bahwa hukuman dan hadiah tidak
diperlukan karena setiap usaha harus diakui dan dihargai.
11. Mengutamakan
keberagaman dan kebebasan
sebagai kunci interaksi. Dalam prosesnya adanya pengakuan keragaman gaya
belajar siswa dan pembelajar.
12. Mengintegrasikan totalitas tubuh dan
pikiran
dalam proses pembelajaran, sehinga pembelajaran bisa berlangsung nyaman dan
hasilnya lebih optimal.
C.
Prinsip
Dasar
Prinsip
dasar yang terdapat dalam pembelajaran Quantum adalah:
1. Bawalah
dunia mereka (siswa) ke dalam dunia kita (guru), dan antarkan dunia kita (guru)
ke dalam dunia mereka (siswa).
2. Proses
pembelajaran bagaikan orkestra simfoni, yang secara spesifik dapat dijabarkan
sebagai berikut:
a. Segalanya dari lingkungan.
Hal ini mengandung arti baik lingkungan kelas/sekolah sampai bahasa tubuh guru,
dari lembar kerja atau kertas kerja yang dibagikan anak sampa rencana
pelakanaan pembelajaran, semuanya mencerminkan pembelajaran.
b. Segalanya bertujuan.
Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan semuanya.
c. Pengalaman mendahului pemberian nama.
Pembelajaran yang baik adalah jika siswa telah memperoleh informasi terlebih
dahulu apa yang akan dipelajari sebelum memperoleh nama untuk apa yang mereka
pelajari. Ini diilhami bahwa otak akan berkembang pesat jika adanya rangsangan
yang kompleks selanjunya akan menggerakkan rasa keingintahuan.
d. Hargailah/akuilah setiap usaha yang
dilakerjakan. Dalam proses pembelajaran siswa seharusnya
dihargai dan diakui setiap usahanya walaupun salah, karena belajar diartikan
sebagai usaha yang mengandung resiko untuk keluar dari kenyamanan untuk
membongkar pengetahuan sebelumnya.
e. Jika layak dipelajari, maka layak pula
dirayakan. Segala sesuatu yang telah dipelajari oleh siswa
sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya.
3. Pembelajaran
harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan. Ada depalapan kunci keunggulan dalam pembelajaran Quantum
yaitu:
a. Terapkan hidup dalam integritas,
dalam pembelajaran sebagai bersikap apa adanya, tulus, dan menyeluruh, sehingga
akan meningkatkan motivasi belajar.
b. Akuilah kegagalan dapat membawa kesuksesan.
Jika mengalami kegagalan janganlah membuat cemas terus menerus tetapi
memberikan informasi kepada kita untuk belajar lebih lanjut.
c. Berbicaralah dengan niat baik.
Dalam pembelajaran hendaknya dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti
positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung. Dengan
niat bicara yang baik akan mendorong rasa percaya diri dan motivasi.
d. Tegaskanlah komitmen.
Dalam pembelajaran baik guru maupun siswa harus mengikuti visi-misi tanpa
ragu-ragu.
e. Jadilah pemilik,
mengandung arti bahwa siswa dan guru memiliki rasa tanggung jawab sehingga
terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu.
f. Tetaplah lentur/fleksibel.
Seorang guru terutama harus pandai-pandai mengubah lingkungan dan suasana
bilamana diperlukan.
g. Pertahankan keseimbangan.
Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh, emosi dan semangat dalam satu
kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan
optimal.
4. Kerangka
Perencanaan Pembelajaran Quantum
Kerangka perencanaan
pembelajaran kuantum dikenal dengan singkatan “TANDUR” (tumbuhkan, alami, namai, demostrasikan,
ulangi dan rayakan), yaitu:
a. Tumbuhkan.
Konsep
tumbuhkan ini sebagai konsep
operasional dari prinsip “bawalah dunia mereka ke dunia kita”. Dengan usaha menyertakan
siswa dalam pikiran dan emosinya, sehingga tercipta jalinan dan kepemilikan
bersama atau kemampuan saling memahami. Secara umum konsep tumbuhkan adalah
sertakan diri mereka, pikat mereka, puaskan keingintahuan, buatlah siswa
tertarik atau penasaraan tentang materi yang akan diajarkan. Dari hal tersebut
tersirat, bahwa dalam pendahuluan (persiapan) pembelajaran dimulai guru
seyogyanya menumbuhkan sikap positif dengan menciptakan lingkungan yang
positif, lingkungan sosial (komunitas belajar), sarana belajar, serta tujuan
yang jelas dan memberikan makna pada siswa, sehingga menimbulkan rasa ingin
tahu.
Berikut
pertanyaan-pertanyaan yang
dapat dipakai sebagai acuan guru: hal apa yang siswa pahami? Apa yang
siswa setujui? Apakah manfaat dan makna materi tersebut bagi siswa? Pada bagian
apa siswa tertari/bermakna?
Stategi
untuk melaksanakan TUMBUHKAN
tidak harus dengan tanya jawab, menuliskan tujuan pembelajaran dipapan tulis,
melainkan dapat pula dengan penyajian
gambar/media yang menarik atau lucu, isu muthakir, atau cerita pendek tentang
pengalaman seseorang.
b. Alami.
Tahap
ini jika kita tulis pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada
kegiatan inti. Konsep ALAMI mengandung pengertian bahwa dalam pembelajaran guru
harus memberi pengalaman dan
manfaat terhadap pengetahuan yang dibangun siswa sehingga menimbulkan
hasrat alami otak untuk menjelajah.
Pertanyaan yang memandu guru pada konsep
alami
adalah cara apa yang terbaik agar siswa memahami informasi? Permainan atau
keinginan apa yang memanfaatkan pengetahuan yang sudah mereka miliki? Permainan
dan kegiatan apa yang memfasilitasi siswa?
Strategi
konsep ALAMI dapat menggunakan
permainan atau simulasi dengan memberi tugas secara individu atau kelompok
untuk mengaktifkan pengetahuan yang telah dimiliki.
c. Namai.
Konsep
ini berada pada kegiatan inti, yang namai mengandung maksud bahwa penamaan
memuaskan hasrat alami otak (membuat
siswa penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman) untuk memberikan
identitas, menguatkan dan mendefinisikan. Penamaan dalam hal ini adalah
mengajarkan konsep, melatih
keterampilan berpikir dan strategi belajar.
Pertanyaan yang dapat membantu guru dalam
memahami konsep namai yaitu perbedaan apa yang perlu dibuat
dalam belajar? Apa yang harus guru tambahkan pada pengertian siswa? Strategi,
kiat jitu, alat berpikir apa yang digunakan untuk siswa ketahui atau siswa
gunakan?
Strategi
implementasi konsep namai dapat menggunakan gambar susunan gambar, warna, alat Bantu, kertas tulis dan
poster di dinding atau yang lainnya.
d. Demonstrasikan.
Tahap
ini masih pada kegiatan ini. Inti pada tahap ini adalah memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan bahwa siswa
tahu. Hal ini sekaligus memberi kesempatan siswa untuk menunjukkan tingkat pemahaman
terhadap materi yang dipelajari. Panduan guru untuk memahami tahap ini
yaitu dengan cara bertanya, apakah siswa dapat memperagakan tingkat kecakapan
siswa dengan pengetahuan yang baru? Kriteria apa yang dapat membantu guru dan
siswa mengembangkan bersama untuk menuntut peragaan kemampuan siswa?
Strategi
yang dapat digunakan adalah mempraktekkan,
menyusun laporan, membuat presentasi dengan powerpoint, menganalisis data,
melakukan gerakan tangan, kaki, gerakan tubuh bersama secara harmonis,
dan lain-lain.
e. Ulangi.
Tahap
ini jika kita tuangkan pada rencana pelaksanaan pembelajaran terdapat pada
penutup. Tahap ini dilaksanakan untuk memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “aku tahu bahwa aku tahu
ini”. Kegiatan ini dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan. Panduan guru
untuk memasukan tahap ini yaitu cara apa yang terbaik bagi siswa untuk
mengulang pelajaran ini? Dengan cara apa setiap siswa akan mendapatkan
kesempatan untuk mengulang?
Strategi
untuk mengimplementasikan yaitu bisa dengan membuat isian “aku tahu bahwa aku tahu ini” hal ini
merupakan kesempatan siswa untuk mengajarkan pengetahuan baru kepada orang lain
(kelompok lain), atau dapat melakukan pertanyaan – pertanyaan post tes.
f. Rayakan.
Tahap
ini dituangkan pada penutup pembelajaran. Dengan maksud memberikan rasa rampung, untuk menghormati usaha,
ketekunan, dan kesusksesan yang akhirnya memberikan rasa kepuasan dan
kegembiraan. Dengan kondisi akhir siswa yang senang maka akan menimbulkan kegairahan siswa dalam
belajar lebih lanjut. Panduan pertanyaan dalam diri guru untuk melaksanakan
adalah untuk pelajaran ini, cara apa yang paling sesuai untuk merayakannya?
Bagaimana anda dapat mengakui setiap orang atas prestasi mereka?
Strategi
yang dapat digunakan adalah dengan pujian bernyanyi bersama, pesta kelas, memberikan reward berupa tepukan.
D. Langkah-Langkah
-
Guru membuat kartu soal sesuai marteri
bahan ajar
-
Guru membuat kartu jawaban dengan diacak
nomornya
-
Guru menyajikan materi
-
Membagikan kartu soal pada kelompok dan
kartu jawaban
-
Siswa berkelompok mengerjakan soal dan
mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok.
Sumber :
-
Model Pembelajaran Scramble
Teori
Dasar
Scramble
berasal dari bahasa Inggris yang artiya “perebutan, perjuangan, pertarungan”,
dimana belajar ditekankan sambil bermain sehingga siswa mendapatkan suasana
menyenangkan. Model ini menghendaki siswa melakukan penyusunan atau pengurutan
suatu struktur bahasa yang sebelumnya dengan sengaja telah dikacaukan susunannya.
Scramble terdiri dari tiga bentuk sebagaimana dikemukakan Budiharto, dkk. 1997)
yaitu:
1. Scramble
kata, yaitu sebuah permainan menyusun kata-kata dari huruf-huruf yang telah
dikacaukan letak hurufnya, sehingga membentuk suatu kata yang bermakna.
2. Scramble
kalimat, yaitu sebuah permainan menyusun kalimat dari kata acak.
3. Scramble
wacana, yakni sebuah permainan menyusun wacana logis berdasarkan kalimat acak
atau paragraf acak.
Berdasarkan ketiga jenis teknik scramble di atas, maka
penelitian ini ditekankan pada scramble kalimat. Menurut Depdiknas
(2006: 220) sintaks teknik scramble adalah sebagai berikut:
1.
Media:
a. buatlah pertanyaan yang sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai
b. buat jawaban yang diacak hurufnya.
2.
Langkah-langkah:
a. Guru menyajikan materi sesuai kompetensi
yang ingin dicapai
b. Membagikan lembar kerja sesuai
materi.
Sebagaimana
penjelasan singkat di atas, dilaksanakan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Guru
menyiapkan lembar kerja sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, contoh:
Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata
kunci (jawaban) dari pertanyaan kolom A.
A
|
B
|
Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran
dengan cara.......
.......digunakan sebagai alat pembayaran syah
Uang ...... saat ini banyak dipalsukan.
Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata
uang asing disebut.......
Kertas yang bernilai disebut....
|
TARREB ...........................
GANU ...............................
TRASEK ...........................
SRUK ................................
KEC
...................................
|
1. Guru
menyiapkan materi bahan ajar dan mengelola kelas, yang diawali dengan absensi
kehadiran siswa, berdoa bersama dan mereview pembelajaran sebelumnya.
2.
Guru
membuat keterkaitan bermakna dengan pelajaran lain.
3.
Memberikan
umpan balik materi pelajaran kepada siswa.
4.
Menjelaskan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui teknik scramble.
5.
Menjelaskan
materi pembelajaran secara runtut.
6.
Membagikan
LKS scramble kepada siswa.
7.
Mengawasi
dan melakukan observasi aktivitas belajar siswa.
8.
Memberikan
penilaian atas hasil kerja siswa, dan menutup pelajaran.
Model
Pembelajaran Word Square
Pengertian
Model
pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang
diperkaya. Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah
yang diperkaya berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran (Mujiman, 2007)
Model Pembelajaran Word Square
merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan
dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip
seperti mengisi Teka-Teki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada
namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka
penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata
pelajaran.Tinggal bagaimana Guru dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih
yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf/angka pengecoh
bukan untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.
Media : Buat kotak sesuai keperluan,
buat soal sesuai KD.
Langkah-langkah pembelajarannya
sebagai berikut :
- Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
- Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.
- Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban.
- Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
CONTOH JAWABAN (Untuk Mapel IPS)
T
|
Y
|
E
|
N
|
I
|
O
|
K
|
N
|
R
|
A
|
U
|
A
|
N
|
K
|
U
|
O
|
A
|
B
|
A
|
R
|
T
|
E
|
R
|
M
|
N
|
A
|
N
|
I
|
R
|
R
|
S
|
I
|
S
|
D
|
G
|
I
|
I
|
T
|
G
|
N
|
A
|
O
|
N
|
L
|
S
|
A
|
I
|
A
|
K
|
L
|
A
|
A
|
I
|
S
|
R
|
L
|
S
|
A
|
C
|
E
|
K
|
B
|
O
|
S
|
I
|
R
|
I
|
N
|
G
|
G
|
I
|
T
|
CONTOH SOALNYA :
- Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara …….
- ……. Digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
- Uang ……. Saat ini banyak di palsukan
- Nilai bahan pembuatan uang disebut …….
- Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai …….
- Nilai perbandingan uang dalam negara dengan mata uang asing disebut …….
- Nilai yang tertulis pada mata uang disebut nilai …….
- Dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut motif …….
- Perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening ke bank untuk membayar sejumlah uang disebut …….
Kekurangan dan Kelebihan Model Pmebelajaran Word Square
Beberapa
kelebihan dari model pembelajaran Word Square yaitu:
1.
Kegiatan tersebut mendorong
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
2.
Melatih untuk berdisiplin.
3.
Dapat melatih sikap teliti dan
kritis.
4.
Merangsang siswa untuk berpikir
efektif.
Model
pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap materi yang
disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari
jawaban dalam lembar kerja. Dan tentu saja yang ditekankan disini adalah dalam
berpikir efektif, jawaban mana yang paling tepat.
Sedangkan
beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square yaitu:
1. Mematikan
kreatifitas siswa.
2. Siswa
tinggal menerima bahan mentah.
3. Siswa
tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi yang
dimilikinya.
Dalam
model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas
masing-masing, dan lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya menerima
apa yang disampaikan oleh guru, dan jawaban dari lembar kerja pun tidak
bersifat analisis, sehingga siswa tidak dapat menggali lebih dalam materi yang
ada dengan model pembelajaran word square ini.
Dari
penjelasan tentang model pembelajaran word square maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran word square
adalah suatu pengembangan dari metode ceramah namun untuk mengetahui pemahaman
siswa tentang materi yang telah disampaikan maka diberikan lembar kerja yang
didalamnya berisi soal dan jawaban yang terdapat dalam kotak kata. Membutuhkan
suatu kejelian dan ketelitian dalam mencari pilihan jawaban yang ada dengan
tepat. Namun sebagaimanan model pembelajaran yang lainnya, model pembelajaran
word square mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kekurangan dari model
pembelajaran ini yaitu siswa hanya menerima bahan mentah dari guru dan tidak
dapat mengembangkan kreativitasnya, karena siswa hanya dituntut untuk mencari
jawaban bukan untuk mengembangkan pikiran siswa masing-masing. Sedangkan
kelebihannya yaitu meningkatkan ketelitian, kritis dan berfikir efektif siswa.
Karena siswa dituntut untuk mencari jawaban yang paling tepat dan harus jeli
dalam mencari jawaban yangada dalam lembar kerja.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar