Pendidikan
Karakter Itu Penting !!!
Pendidikan karakter merupakan prioritas
program Kementrian Pendidikan Nasional 2010 – 2014 yang dituangkan dalam
Rencana Aksi Nasional Pendidikan Karakter (2010). Pendidikan
karakter disebutkan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk memberikan keputusan baik – buruk, memelihara apa yang baik
dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari – hari dengan sepenuh hati.
Pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan
yang baik (moral knowing)”, akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving
good (moral feeling)” dan perilaku yang baik (moral action).
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan
membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang
dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh
iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Pendidikan karakter berfungsi,
Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku
baik. Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur. Meningkatkan
peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia.
Pendidikan
karakter dilakukan melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan
pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan
media massa.
Dalam
memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter, ada 18 nilai yang bersumber dari
agama, pancasila, budaya dan tujuan pendidikan nasional yaitu : Religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/berkomunikatif,
cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social, tanggung jawab.
Dalam mengimplementasikan jumlah dan karakter yang dipilih akan berbeda antara
satu sekolah dengan sekolah lainnya.diantara berbagai nilai yang dikembangkan,
dalam pelaksanaannya dapat dimulai dari nilai yang esensial, sederhana dan
mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah, atau nilai
prakondisi (the exiting values) yakni : takwa, bersih, rapih, nyaman, disiplin,
sopan, dan santun.
Pada
hakekatnya perilaku manusia berkarakter merupakan perwujudan fungsi totalitas psikologi
yang mencakup seluruh potensi individu (kognitif,
afektif, psikomotorik) dan fungsi sosio-kultural
dalam konteks interaksi (dalam
keluarga,satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.
Dalam
pendidikan karakter terdapat 4 ruang lingkup pandidikan yaitu:
1) Olah
hati (spiritual dan emotional development)
seperti : beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab,
berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik.
2) Olah
pikir (intellectual development)
seperti : cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, berfikir terbuka,
produktif, berorientasi ipteks, dan reflektif.
3) Olah
raga dan kinestektik (physical dan
kinesthetic development) seperti: bersih dan sehat, disiplin, sportif,
tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatife, kompetitif,
ceria, dan gigih.
4) Olah
rasa dan karsa (affective and creativity
development) seperti : ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka
menolong, gotong royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum,
bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia , dinamis, kerja keras, dan beretos
kerja.
Strategi pendidikan karakter
A.
Strategi
di Tingkat Kementrian Pendidikan Nasional
Pendekatan
yang digunakan kementrian pendidikan nasional dalam pengembangan pendidikan
karakter,yaitu :
1. Stream top down
(diambil oleh pemerintah/kementrian pendidikan nasional). Menggunakan lima
strategi yang dilakukan secara koheren, yaitu :
a) Sosialisasi
(membangun kesadaran kolektif tentang pentingnya pendidikan karakter)
b) Pengembangan
regulasi
c) Pengembangan
kapasitas
d) Implementasidan
kerjasama
e) Monitoring
dan evaluasi
2. Stream bottom up
(mengharapkan) inisiatif yang datang dari satuan pendidikan.
3. Stream revitalisasi
program (merevitalisasi kembali program-program kegiatan pendidikan karakter
terdapat pada kegiatan ekstrakurikuleryang
sudah ada dan sarat dengan nilai-nilai krakter).
Integrsi
tiga pendekatan (top down-bottom
up-revitalisasi). Ketiga jalur / tingkat top down yang lebih bersifat
intrevensi, bottom up yang lebih bersifat penggalian bestpractice dan habituasi,
serta revitalisasi program kegiatan yang sudah ada yang bersifat pemberdayaan.
Ketiga
pendekatan tersebut, hendaknya dilakukan secara terintegrasi dalam keempat
pilar penting pendidikan karakter di sekolah sebagaimana yang dituangkan dalam
Desain induk pendidikan karakter, (2010:28), yaitu: kegiatan pembelajaran di
kelas, pengembangan budaya satuan pendidikan, kegiatan ko-kurikuler, dan
ekstrakulikuler.
B.
Strategi
di Tingkat Daerah
Ada beberapa langkah yang digunakan
pemerintah daerah dalam pengembangan pendidikan karakter, dimana semua
dilakukan secara koheren.
1) Penyusunan
perangkat kebijakan di tingkat Kabupaten/kota.
2) Penyiapan
dan penyebaran bahan pendidikan karakter yang diprioritaskan
3) Memberikan
dukungan kepada tim pengembang kurikulum (TPK) tingkat kabupaten /kota melalui
dinas pendidikan
4) Dukungan
sarana, Prasarana, dan Pembiayaan.
C.
Strategi
di Tingkat Satuan Pendidikan
Strategi
pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidiakn merupakan satuan kesatuan
dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah yang terimplementasi
dalam pengembangan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum oleh setiap satuan
pendidikan. Strategi tersebut diwujudkan melalui pembelajaran aktif dengan
penilaian berbasis kelas disertai dengan program remidiasi dan pengayaan.
1. Kegiatan
Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
dalam kerangka pengembangan karakter peserta didik dapat menggunakan pendekatan
kontekstual sebagai konsep belajar dan mengajar yang membantu guru dan peserta
didik mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata,
sehingga peserta didik mampu membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Dengan begitu, peserta
didik lebih memilih hasil yang komprehensif tidak hanya pada tataran kognitif (olah
pikir), tetapi pada tataran afektif (olah hati, rasa dan karsa), serta
psikomotor (olahraga)
Pembelajaran kontekstual
mencakup beberapa strategi yaitu : pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran
kooperatif, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran pelayanan dan
pembelajaran berbasis kerja. Strategi tersebut dapat memberikan nurturant effect
pengembangan karakter peserta didik seperti : karakter cerdas, berpikir
terbuka, tanggung jawab, rasa ingin tahu.
2. Pengembangan
Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar
Dapat diwujudkan
melalui kegiatan pengembangan diri, yaitu :
a. Kegiatan
Rutin : Kegiatan yang dilaksanakan peserta didik secara terus menerus dan
konsisten setiap saat. Misalnya kegiatan upacara hari senin.
b. Kegiatan
Spontan : kegiatan yang dilakukan peserta didik secara spontan pada saat itu
juga. Misalnya mengumpulkan sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah.
c. Keteladanan
: merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan dan peserta didik
dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan
menjadi panutan dari peserta didik lain.
d. Pengkondisian
: penciptaan kondisi yang mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter.
3. Kegiatan
ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler.
Diperlukan perangkat
pedoman pelaksanaan, pengembangan kapasitas sumber ddaya manusia dalam rangka
mendukung pelaksanaan pendidikan karakter, dan revitalisasi kegiatan ko dan
ekstrakurikuler yang sudah ada ke arah pengembangan karakter.
4. Kegiatan
Keseharian di Rumah dan di Masyarakat
Sekolah mengupayakan
terciptanya keselarasan antara karakter yang dikembangkan di sekolah dengan
pembiasaan di rumah dan di masyarakat.
D.
Penambahan
Alokasi Waktu Pembelajaran
Apabila pendidikan
karakter diintregrasikan dalam ko kurikuler dan ekstrakurikuler akan memerlukan
waktu sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Maka diperlukan penambahan
alokasi waktu pembelajaran.
E.
Penilaian
Keberhasilan
Untuk mengukur
tingkat keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan
dilakukan melalui berbagai program penilaian dengan membandingkan kondisi awal
dengan pencapaian dalam waktu tertentu. Penilaian keberhasilan tersebut
dilakukan melalui langkah-langkah berikut :
a) Menetapkan
indicator dari nilai-nilai yang ditetapkan atau disepakati
b) Menyusun
berbagai instrument penilaian
c) Melakukan
pencatatan terhadap pencapaian indicator
d) Melakukan
analisis dan evaluasi
e) Melakukan
tindak lanjut
Implementasi
Pendidikan Karakter dalam KTSP
1. Integrasi
dalam mata pelajaran yang ada : mengembangkan silabus dalam RPP pada kompetensi
yang telah ada sesuai dengan nilai yang akan diterapkan
2. Mata
pelajaran dalam mulok : kompetensi ditetapkan dan dikembangkan oleh sekolah
atau daerah.
3. Kegiatan
pengembangan diri : Pembudayaan dan pembiasaan (pengkondisian, kegiatan rutin,
kegiatan spontanitas, keteladanan, kegiatan terprogram), ekstrakurikuler (pramuka,
PMR, kantin kejujuran, UKS, KIR, olahraga, seni, OSIS), bimbingan konseling (pemberian
layanan bagi anak yang mengalami masalah)
Jadi pendidikan
karakter penting bagi masa depan bangsa, pendidikan karakter disamping mengajarkan
mana yang benar dan mana yang salah juga menanamkan kebiasaan (habitution)
tentang hal yang baik sehingga anak paham (kognitif) tentang sesuatu itu baik
atau buruk, benar atau salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baiak dan
bisa melakukannya (domain perilaku). Dari kebiasaan yang sudah terbentuk akan
terjadi internalisasi (menyatu) dalam diri bersifat kokoh, kuat, sulit
dipengaruhi.
Pendidikan karakter ini
tidak hanya untuk siswa atau mahasiswa saja, tetapi untuk semua orang.
Sumber :
Buku ajar Strategi Pembelajaran FKIP Universitas Kristen
Satya Wacana Salatiga
Hand out “Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Masa Depan
Bangsa dan Upaya Guru Mewujudkannya” oleh Siti Partini Sudirman, dosen FIP UNY dalam
seminar “Strategi Mengajar dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar